Oleh : Andi Pasamangi Wawo
BACAPESAN.COM – Desa Kalebentang, yang artikulasi namanya “Diri yang Ditarik. Namun kalau Bahasa Indonesia menggunakan hukum ‘DM’ bisa jadi ‘MD’. Atau bisa berbalik berarti “Menarik diri””. Maka identiklah kalau Desa ini “menarik diri” dari “induk”nya. Karena, Desa ini adalah pecahan dari Desa Bentang yang bisa juga diartikan membentang atau memanjang.
Desa ini terletak sekitar 28 kilometer sebelum ibukota Kabupaten Takalar di Pattallassang, kalau menyusuri tepi Selat Makassar dari arah Barombong sebagai ‘segitiga emas’ Kota Makassar, Kab Gowa dan Kab Takalar.
Kalebentang, salah satu Desa di Kecamatan Galesong Selatan, memiliki 5 Dusun. Penduduknya, tidak sampai 2.000 orang karena jumlah Pemilih hanya 1.100 saja.
Menurut Kepala Desa M. Nur Salam, SE ketika berbincang dengan Wartawan di rumahnya, Kamis siang (19/10), Desa yang di’nakhodai’nya, ibarat remaja yang belajar ber’solek’.
Usianya, baru menjelang 16 tahun setelah berpisah dari induk Desanya.
Desa ini membentang sepanjang 2 km dengan mayoritas penduduknya hidup sebagai Petani, karena potensi lahan pertanian dan Perkebunan, melimpah.
Muhammad Nur Salam yang baru 3 tahun jadi Kepala Desa setelah ‘istirahat’ jadi Wakil Rakyat dari Fraksi Golkar di DPRD Takalar ini, mengakui, waktunya nyaris terkuras hanya untuk membenahi Sumber Daya Manusia (SDM) penduduknya yang tak sebanding Sumber Daya Alam ( SDA) yang menjanjikan untuk dimanfaatkan dalam mewujudkan kesejahteraannya.sebagai petani.
Betapa tidak, katanya, sekalipun penduduknya minim pengetahuan formal tapi dalam ber”politik praktis” sangat tinggi.
“Biasa baku bombe, saling bermusuhan kalau tidak sama pilihan. Ada juga, yang mau menerima semua pemberian calon yang mau dipilih tapi tidak memilih calon yang memberi bingkisan atau amplop”, senyumnya.
Karenanya, katanya, kalau ada pembagian alat Pertanian dari Pemerintah, Kepala Desa tidak membeda bedakan.
“Saya harus adil membagi sesuai kebutuhan yang disetujui Kepala Dusunnya tanpa melihat ini orangnya si A atau B”, tutur Kades yang mengaku berkarya untuk rakyat sebelum Reformasi.
Menurutnya, di jaman Almarhum Dr.H.Syahrul Sahruddin Bupati Takalar, dia sudah terlibat sebagai LSM dalam mendorong dan mewujudkan program “Gerakan Pembangunan Desa Pantai” yang populer disebut “Gerbang Masa Depan”.
Saat ini sudah dinikmati, sekalipun Bank yang dulu diadakan khusus untuk para nelayan agar tidak terjerat ‘ijon’ atau tengkulak dengan.praktek ribanya, tidak fokus lagi karena nasabahnya sudah meluas melayani umum.
Kades yang rumahnya selalu tersedia untuk kepentingan umum seperti menampung Mahasiswa KKN ini, berusaha semaksimal mungkin menuntun penduduknya memahami perlunya menjadi manusia yang bermanfaat.
Desa yang tergolong masih “miskin” SDM ini ternyata memiliki semangat dan jiwa gotongroyong yang tinggi. Tak heran kalau Desa Kalebentang memiliki 3 Mesjid megah yang dibangun atas swadaya masyarakat.
“In shaa Allah, saya dan para tokoh masyarakat akan terus berikhtiar untuk menyejahterakan penduduk setelah fase peningkatan SDM ini berhasil”, tekadnya sambil memberi contoh
Mahasiswa yang kebetulan KKN di Desanya diminta untuk membagi ilmu sesuai klasifikasi pengetahuan penduduknya mulai anak anak sampai lansia.
“Kadang Sanggar Kelompok Tani yang dibuat di atas jalan Desa di lokasi persawahan, dimanfaatkan penduduk dan narasumber untuk membagi ilmu dengan berdiskusi”, kunci Kades yang berdisiplin ilmu ekonomi ini. (*)