JAKARTA, BACAPESAN – Presiden Terpilih Prabowo Subianto berencana menarik utang baru senilai Rp 775,86 triliun di tahun depan.
Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Riko Amir mengatakan, mayoritas utang pada 2025 itu bersumber dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN).
’’Penerbitan SBN itu sebesar Rp 642,5 triliun dan penarikan pinjaman itu sebesar Rp 133 triliun,’’ ujarnya dalam diskusi di Anyer, Serang, Banten, akhir pekan lalu (28/9).
Sejalan dengan itu, di era pemerintahan Prabowo nantinya juga akan membayar bunga utang Rp 552,9 triliun pada 2025. Pembayaran tersebut tumbuh 10,8 persen dari outlook pembayaran bunga utang pada tahun anggaran 2024.
Adapun tahun ini, pembayaran bunga utang pemerintah diperkirakan mencapai Rp 499,0 triliun atau naik 13,4 persen dibandingkan 2023 yang tercatat Rp 439,9 triliun.
Pengamat ekonomi Bank Permata Josua Pardede menggarisbawahi agar keberadaan utang dilihat dengan cara yang tepat dan obyektif. ’’Utang itu bukan aksi, utang itu adalah reaksi. Akibat apa? Akibat defisitnya yang melebar sehingga utangnya bisa meningkat,’’ jelasnya.
Josua melanjutkan, pelebaran defisit itu dipengaruhi oleh pendapatan atau penerimaan negara yang tidak lebih besar dibanding belanja. (JP)