HUT TNI, ERAT Kenang Ayahnya Berpangkat Peltu Kelahiran Parepare

  • Bagikan

PAREPARE, BACAPESAN.COM –
HUT TNI selalu menjadi momen yang tak terlupakan bagi Calon Wali Kota Parepare Erna Rasyid Taufan. Setiap tahun dia mengenang ayahnya yang ternyata seorang prajurit TNI berpangkat Pembantu Letnan Satu (Peltu).

Fakta lainnya, ayah ERAT akronim Erna Rasyid Taufan ternyata putra daerah kelahiran Kota Parepare. Ayah ERAT bernama Haji Haruna Rasyid. Dia pensiun dalam tugas terakhir di batalyon 724.

“HUT TNI selalu menjadi momen yang tak terlupakan bagi saya. Ayah saya Haji Haruna Rasyid merupakan prajurit TNI AD berpangkat Pembantu Letnan Satu (Peltu). Beliau merupakan putra kelahiran Parepare, 3 Januari 1933 lalu,” ungkap Ketua FKPPI Parepare itu.

Calon Wali Kota dari pasangan Erat Bersalam itu mengenang ayahnya sebagai sosok prajurit hebat dan profesional. Erna mengatakan ayahnya memiliki jiwa kepemimpinan yang tegas.

“Saya mengenang beliau sebagai prajurit yang profesional dan hebat. Dia memiliki komitmen kuat untuk menjaga keamanan negara dan keutuhan NKRI,” jelas Ketua DPD Partai Golkar Parepare itu.

Sebagai prajurit, kata Erna, ayahnya juga tak lupa dengan menjaga ibadah selama masa tugasnya. Sikap religius sang ayah itu menjadi teladan bagi Erna Rasyid Taufan bersama 11 adiknya.

“Saya merupakan salah satu 12 anaknya yang dibesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang. Tentu juga dengan didikan menjadi pribadi yang tegas dan memiliki jiwa pemimpin,” paparnya.

Dia mengingat, pesan ayahnya yang tak bisa terlupakan yakni menjaga salat dengan baik. Didikan inilah membuatnya dan saudaranya semangat fokus belajar agama lebih dalam.

“Seingat saya beliau walaupun sibuk dengan kegiatan kantoram sehari-hari, masih sempat meladeni permintaan masyarakat di bantimurung untuk Kabupaten Maros jadwal ceramah di masjid je’ne taesa terkhusus dibulan ramdan. Hampir setiap pekan beliau almarhum 2 sampai 3 kali ada jadwal ceramahnya,” tutup Ketua BKMT Parepare itu.

“Yaitu bapak saya pernah bilang lebih baik kalian berhenti sekolah daripada malas mengaji. Kakek saya bernama puang marewa adalah salah satu tokoh ditanatoraja yang pertama-tama membangun masjid di daerahnya dan menyuburkan masjidnya,” lanjut Ketua FKPPI itu.

Itulah sebabnya, kata dia di hati dan pikirannya tertanam kehati-hatian dalam menjalankan ibadah, terutama ibadah wajib.

“Tentunya sebelum memulai salat kita harus tau mengaji. Salat puasa adalah termasuk ibadah mahda atau wajib. Kami betul-betul dilatih dgn disiplin militer,” jelasnya.

Sebab kata dia, jika lalai dalam ibadah mahdhah artinya bapaknya akan mnggunakan ikat pinggang tentara atau kopelrim agar memberi efek jera kepada anak-anaknya.

“Keras dan tegas. Dan seingat saya beliau rajin sumbang minyak tanah dalam beberapa jergen setiap hari dalam bulan ramadan.(*)

  • Bagikan

Exit mobile version