“Namun karbon adalah komoditas yang semakin mahal. Insya Allah, kami akan mendorong regulasi agar Gowa siap masuk ke bursa karbon dalam waktu dekat,” ucap Amir.
“Mengapa baru sekarang? Gowa harusnya sudah lebih dulu bergerak. Kita tidak bisa terus menunggu. Ini soal masa depan Gowa, bukan hanya soal rencana di atas kertas,” balas Husniah.
Langkah Nyata Hati Damai: Penghijauan Massal dan Forest Healing
Darmawangsyah Muin kemudian memaparkan rencana besar timnya untuk mengatasi masalah lingkungan yang semakin kritis di Gowa. Ia berjanji akan menggerakkan masyarakat untuk melakukan penghijauan massal dengan menanam pohon pinus di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Jeneberang hingga Malino.
“Kami akan menjadikan hutan kita sebagai sumber kehidupan baru, bukan hanya untuk menjaga lingkungan tapi juga untuk pariwisata,” tegas Darmawangsyah.
Di hadapan panelis dan peserta debat, Sekretaris Gerindra Sulsel ini menjelaskan konsep “forest healing”, di mana hutan wisata akan menjadi daya tarik baru yang bisa meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
“Ini bukan sekadar penanaman pohon, tapi kita bicara potensi ekonomi jangka panjang,” tambahnya.
Perdagangan Karbon: Peluang Emas Gowa?
Dalam sesi yang sama, Darmawangsyah juga menggambarkan potensi besar Gowa dalam menjadi pemain utama dalam perdagangan karbon. Menurutnya, dengan kebijakan yang jelas dan regulasi yang mendukung, Gowa bisa menarik minat investor global dalam industri ini.
“Ini peluang emas. Bukan hanya untuk menjaga lingkungan, tapi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Gowa,” katanya penuh optimisme.
Husniah juga memperingatkan pentingnya bertindak cepat. “Kita tidak boleh ketinggalan dari kabupaten lain. Kami siap membawa Gowa menjadi pelopor dalam perdagangan karbon di Indonesia,” ujarnya dengan tegas. (*)