Kronologi Pendaki Wanita Tertinggal Hingga Alami Hipotermia di Gunung Bulu Baria

  • Bagikan
Proses evakuasi pendaki wanita bernama Ainil (20).

MAKASSAR, BACAPESAN – Pendaki wanita bernama Ainil (20) terpaksa harus dievakuasi di Gunung Bulu Baria di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Rencanan awalnya korban yang tergabung dalam kelompok beranggotakan tujuh orang dengan rincian empat wanita dan tiga pria ini berangkat pada Sabtu (19/10/2024) dan turun pada Minggu (20/10/2024).

Menurut keterangan, Ainil terpaksa dievakuasi karena mengalami gejala hipotermia.

Ditambah pendaki wanita ini diketahui tertinggal dari rekan-rekannya karena miss komunikasi usai melakukan summit dipuncak gunung.

“Awalnya, saya dapat informasi dari korban dan orang yang bantu. Jadi kelompok pendaki ini terjadi miss komunikasi, pada saat summit ke puncak mereka tetap sama-sama dan menikmati dengan foto,” kata Mustain Tagrib JS Selaku Pengelola registrasi Bulu’ Baria.

“Kebetulan di tim ini ada satu perempuan sesak nafas, jadi leader memutuskan untuk membawa temannya ini turun, dan minta tolong ke sweeper untuk back up,” tambahnya.

“Jadi, leader turun bersama satu rekannya yang sesak nafas. Kemudian, sweeper di rombongan ajak korban untuk turun (dari puncak),” ujarnya.

Berdasarkan keterangan si korban awalnya dalam keadaan yang sehat. Karena terlihat cuaca yang mulai tidak bersahabat rombongan yang tersisa memutuskan turun dari puncak.

Di perjalanan turun, korban meminta untuk beristirahat dan terjadi miss komunikasi.

“Awal (korban) ini sehat untuk turun karena cuaca sudah mulai tidak sahabat, namun korban minta waktu untuk kembali berswafoto,” tuturnya.

“Kemudian sweeper bersama rombongannya turun di punggungan menuju pos 9 dan korban meminta rekan-rekannya untuk menunggu, dan akhirnya rombongannya turun,” lanjutnya.

Karena memilih untuk beristirahat, kaki korban yang kelelahan mengalami keram serta kedinginan susah untuk berdiri. Ditambah ia juga tanpa sadar sudah tertinggal dari rekannya.

Untungnya, korban yang kesakitan di dengar oleh kelompok lain yang hendak turun. Ditambah satu warga lokal lain yang sedang beraktivitas di gunung.

“Tidak lama, ini korban memilih untuk ke semak-semak beristirahat di melenceng dari jalur dan dari situ kakinya keram dan kedinginan,” sebutnya.

“Karena sudah susah berdiri apalagi jalan, untungnya ada rombongan lain yang turun dia (korban) sementara batuk dan posisinya korban sudah gejala hypotermia,” paparnya.

“Dari rombongan ini yang bantu melakukan penanganan dan ada juga warga yang sedang melakukan ritual yang juga melihat dan bantu backup sampai pos 8,” jelasnya.
Lanjut, menurut Mustain Tagrib JS laporan baru di pos registrasi sekitar pukul 3 sore dan selanjutnya evakuasi mulai dilakukan sekitar dua jam setelahnya.

“Dan laporan yang masuk ke pos registrasi jam 3 sore baru ada. Jadi, dari pihak kami masih mengumpulkan informasi untuk memastikan A1 ini korban sakit apa,” ungkapnya.

“Masuk jam 5.30 baru dapat informasi korban dapat gejalan hypothermia, barulah kita panggil tim evakuasi berjumlah lima orang dengan peralatan lengkap,” sambungnya.

Tim evakuasi kemudian tiba di lokasi sekitar pukul 9 malam langsung memberikan penanganan ke korban dan diputuskan pula evakuasi akan dilakukan esok hari.

“Dan tim baru tiba di lokasi sekitar pukul 9 malam dan langsung melakukan penanganan. Dan kondisi yang lumayan parah,” sebutnya.

“Keputusannya korban diistirahatkan dan baru akan dievakuasi keesokan harinya karena waktu tidak memungkinkan di malam hari,” terangnya.

Bantuan lain pun dikirim untuk melakukan evakuasi di pagi harinya dan setelah sampai di pos registrasi korban kembali mendapat penanganan.

“Dan paginya di kirim bantuan lain untuk mengevakuasi korban turun dan sampai ke pos registrasi dan kembali mendapatkan penangganan,” pungkasnya.

Menurut laporan terakhir Ainil (20) yang merupakan korban perlahan-lahan mulai membaik dan kembali beraktifitas seperti biasanya. (Fj)

  • Bagikan