PLN Pasang Super Sun, Lentera Baru di Pulau Ikan

  • Bagikan
Siswa SD dan SMP di Pulau Layya bergembira saat pemasangan Super Sun.

PANGKEP, BACAPESAN – Senyum merekah di wajah kerumunan bapak-bapak yang menunggu kapal bermuatan puluhan kotak kayu.

Tak ketinggalan lagu dangdut menggema kencang di pulau dengan luas 3 km. Pulau yang menampung hingga 124 kepala keluarga ini merupakan salah satu dari banyak pulau yang ada di Kabupaten Pangkep.

Namanya pulau Layya, keterbatasan terlihat betul di pulau ini khusunya listrik. warganya menerima pencahayaan dari genset sederhana yang dipakai bersama sejak puluhan tahun silam. Jangan dikira genset ini mengalirkan listrik dari pagi hingga malam, hanya 3 hingga 4 jam saja. Selain karena biaya bahan bakarnya yang lumayan mahal, masyarakat juga harus bersyukur sebab peralatan tersebut masih cukup sederhana.

Kehadiran kapal bermuatan kotak kayu menjadi jawaban dari sekian banyak harapan masyarakat selama ini. Kotak kayu berisikan panel surya, dibawa langsung Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk masyarakat pulau, hal yang dinantikan sejak puluhan tahun silam.

Ini kedua kalinya PLN menghantarkan kotak kayu. Itu mengapa masyarakat sudah tau bahwa kapal ini bermuatan harapan besar. Di periode ke dua ini kapal membawa puluhan pasang panel surya, masing masing dua panel akan dipasang di atas rumah warga sehingga secara mandiri bisa memakai dan mengelola listrik.

Salah satu warga, Mardi mengaku sangat bersyukur panel surya atau super sun ini hadir di desa kelahiran istrinya. Sebab menurutnya selama ini, tidak hanya akses ekonomi yang terbatas, tetapi juga akses pendidikan

“Alhamdulillah, adami tenaga surya. Sebelumnya kami ada inisiatif pake genset tapi pakai bahan bakar minyak jadi mahal, itu lagi sebentar ji menyala. Dulu Rp150 ribu di bayar perbulan. Tapi sekarang sudah pakai super sun, di Polewali yang lebih dulu dipasangi Super Sun dalam sebulan hanya memakan biaya Rp50 ribu, ” ucap Mardi.

Selain kehidupan masyarakat yang terbatas, akses terhadap pendidikan pun demikian. Di Pulau Layya, ada SD 8 Layya dan SMP 5 yang sehari harinya menjalankan proses belajar mengajar. Namun akses listrik minim. Akibatnya para siswa harus puas belajar hanya dengan mengandalkan buku hasil foto kopi dari guru.

“Di sekolah kami para siswanya sangat terbatas menerima pelajaran sebab disiang hari tak ada akses ke listrik,” ujar Wakil Kepala sekolah SMPN 5 Liukang Topa Biring Utara , M. Ziaul Haq.

Kondisi semakin parah ketika musim kemarau, suhu di pulau Layya lebih panas dari beberapa tempat di Sulawesi Selatan. Para siswa memiliki satu kipas angin di masing-masing kelas, namun tidak adanya listrik membuat kipas hanya sebagai pajangan dan tempat laba-laba membuat sarang.

“Kondisi sebelum ada penerangan listrik hanya digunakan 2 jam sehari, itupun tidak setiap hari. Kondisi ini fatal karena bisa merusak bahan elektronik seperti kipas,dan laptop. Biayanya pun luman mahal sekitar Rp30 Ribu perhari. Jadi kita memili untuk menggunakan buku cetak saja di foto copy atau di print kemudian diberikan ke siswa,” tambahnya.

Setelah menggunakan Super Sun, barang elektronik seperti laptop, proyektor bisa di gunakan, begitupun kipas angin dan siswa lebih nyaman belajar.

Perekonomian sama pincangnya dengan pendidikan di pulau ini. Mata pencaharian masyarakat sebagai nelayan menjadikannya sangat tergantung dengan listrik. Namun karena kondisi, ikan hasil tangkapan nelayan terpaksa di jual langsung ke kota dengan harga lumayan murah.

Tidak ada es batu jadi kendala paling berat bagi masyarakat pula Layya. Es batu dibutuhkan untuk menjaga ikan tetap segar dan tahan lama, tetapi karena tak ada es batu, maka mau tak mau ikan harus dijual secepatnya dan para nelayan tidak ada pilihan bahkan sekedar untuk tawar menawar harga.

Kepala Desa Mattiro Labangeng, Kecamatan Liukang Tuppabiring, Pulau Laiya, Musmuliadi menjelaskan selama ini
masyarakat hanya menggunakan penerangan panel Surya kecil dan genset di malam hari dan tidak bisa membekukan tangkapan, juga membuat es batu karena lemari pendingin tidak bisa dinyalakan.

“Saya mewakili warga dan para nelayan sangat berterima kasih dengan hadirnya super sun 100 persen, anak-anak sudah bisa belajar malam hari, pelayanan masyarakat juga bisa hingga malam hari. Terutama perekomian masyarakat sudah bisa membekukan tangkapan hingga menjual es batu,” ungkapnya.

Manajer PLN ULP Pangkep, Bustamin mengungkapkan kehadiran Super Sun di pulau tersebut merupakan bentuk komitmen PLN melistriki seluruh pelosok Indonesia. Bustamin menjelaskan, Super Sun digunakan di pulau sebab lebih efisien dan mudah diseberangkan ke pulau.

“Secara keseluruhan ada tiga tahap penerangan dengan menggunakan Super Sun di pulau. Tahap pertama sebanyak 118 pelanggan, tahap ke dua 98 pelanggan dan tahap ke tiga 109 pelanggan termasuk 36 fasilitas umum di pulau. Daya yang dihasilkan setiap panel surya 900 Watt,” ucapnya

“Ke depan kami akan terus dipantau utamanya dari sisi kebersihan panel. Di Pangkep, sebanyak 1200 panel surya akan ditempatkan di Pangkep,” tambah Bustamin

Dengan hadirnya Super Sun di Pulau, masyarakat Layya akan lebih terbantu tidak hanya dari sisi pendidikan tetapi juga perekonomian masyarakat yang hampir keseluruhan menggantung nasib sebagai nelayan dan mencari ikan. Kehadiran Super Sun Bagai kentara di pulau ikan, menerangi hingga pelosok negeri. (Hik)

  • Bagikan