MAKASSAR, BACAPESAN – Pengurus DPP IMMIM melaksanakan diskusi bulanan membahas tantangan mubalig dan pengurus masjid di Era kecerdasan buatan (AI) pada Sabtu, 30 November 2024, di Gedung Islamic Centre IMMIM Jl.Jendral Sudirman Makassar.
Hadir Ketua Umum DPP IMMIM Dr.KH.M.Ishaq Samad, Ketua Umum YASDIC IMMIM Dr.Ir.Hj.Nurfadjeri SP,M.Pd, sejumlah Pengurus DPP IMMIM dan ratusan mubalig dan pengurus masjid. Narasumber Dr.Nurhidayat M.Said dan Faisal Akib, S.Kom, M.Kom dengan Moderator Dr.Tarmizi Tahir.
Ketua Umum DPP IMMIM Dr.KH.M.Ishaq Samad menyatakan Era AI merupakan sebuah realitas baru di era transformasi digital yang sangat cepat, di mana teknologi Artificial Intelligence (AI) menjadi salah satu tonggak utama perubahan.
AI telah merambah berbagai bidang kehidupan, termasuk pendidikan, ekonomi, dan tentu saja, dakwah.
Di satu sisi, ini merupakan kemajuan besar, namun di sisi lain, menimbulkan tantangan dan tanggung jawab baru bagi para mubalig dan pengurus masjid.
“Oleh karena itu, hari ini para Mubalig diharapkan sudah bisa mempraktekkan langsung penggunaan salah satu Aplikasi Chat GPT (Generative Pre-trained Transformer) adalah sebuah teknologi AI (Artificial Intelligence) yang mampu melakukan percakapan manusia dengan sangat mirip seperti percakapan sesama manusia,” katanya.
Kedepan YASDIC IMMIM akan memberikan reward untuk masjid yang paling aktif dalam penggunaan platform digital immim.id.
Dikatakan, peluang AI untuk Dakwah karena AI dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat dalam penyebaran dakwah.
Teknologi ini memungkinkan untuk menjangkau lebih banyak orang melalui berbagai platform digital.
Konten dakwah bisa dikemas lebih menarik, bahkan bisa disesuaikan dengan kebutuhan audiens secara spesifik.
Namun, ini memerlukan kesiapan dan literasi digital yang baik dari para mubalig dan pengurus masjid. Namun kemajuan teknologi juga membawa tantangan etis.
AI memiliki potensi untuk menyebarkan informasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa teknologi digunakan untuk kebaikan, bukan untuk menyesatkan umat.
Para mubalig harus menjadi benteng moral yang memastikan umat tidak hanya cerdas secara teknologi, tetapi juga kuat secara spiritual dan akhlak, jelasnya.
Selanjutnya di tengah derasnya arus informasi, mubalig memiliki peran strategis sebagai penuntun umat.
Bukan hanya dalam menyampaikan ceramah di mimbar, tetapi juga dalam membimbing umat melalui dunia digital.
“Kita harus mampu memberikan contoh dan membekali umat dengan keterampilan kritis agar mereka tidak mudah terpengaruh oleh konten negatif,” ujarnya.
Pengurus masjid juga dituntut untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
Masjid tidak lagi hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga pusat informasi dan pendidikan berbasis teknologi. Kita harus memanfaatkan teknologi untuk memperkuat fungsi masjid sebagai pusat dakwah dan sosial.
“Untuk itu diajak kita semua untuk memandang era AI ini sebagai peluang dakwah yang luar biasa. Mari kita tingkatkan kompetensi digital kita, sambil tetap memegang teguh nilai-nilai Islam. Semoga diskusi ini menghasilkan gagasan-gagasan cemerlang untuk menjawab tantangan dakwah di era digital,”ajaknya.