JAKARTA, BACAPESAN– Antrean jamaah haji di Indonesia sudah sangat panjang. Total ada 5,4 juta jamaah yang ada di daftar tunggu atau waiting list. Di daerah tertentu, seperti di Sulawesi Selatan antrean haji bahkan sudah sampai sekitar 30 tahun bahkan lebih.
Panjangnya antrean haji tersebut, disampaikan Kepala Badan Pelaksana Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) Fadlul Imansyah. Menurut Fadlul, banyaknya jemaah antrile itu merupakan peluang sekaligus tantangan bagi ekosistem perhajian.
“Apabila kita lihat data BPS tahun 2023, ada 17 juta dari 210 juta umat muslim Indonesia yang telah memenuhi syarat untuk menunaikan ibadah haji,” katanya di sela peluncuran BPKH Apps di Jakarta pada Jumat (13/12) malam. Namun pada saat ini baru 0,31 persen yang sudah terdaftar sebagai calon jamaah haji.
Dari sisi bisnis, kondisi tersebut tentu menjadi pangsa pasar yang besar untuk digarap Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPS BPIH). “Namun di sisi lain, antrean haji yang mencapai 5,4 juta orang membuat waktu tunggu berangkat ke tanah suci bertambah menjadi 25-30 tahun,” ucap Fadlul.
Menurut dia kondisi tersebut perlu dicarikan solusinya. Tujuannya untuk membantu umat muslim Indonesia melaksanakan rukun Islam kelima, melalui produk dan layanan perbankan Syariah.
Dalam pertemuan yang dihadiri perbankan itu, Fadlul menegaskan memiliki dua tujuan utama. Yakni memperkuat kolaborasi antara BPKH, lembaga keuangan syariah, dan penyedia teknologi dalam sektor keuangan haji. Serta mendorong inovasi dalam layanan bagi jemaah haji.
Salah satu agenda utama dalam acara tahunan ini adalah membahas inovasi layanan keuangan syariah dalam ekosistem haji. Tujuannya untuk mempermudah proses setoran awal haji. “Peningkatan layanan kepada jemaah haji sangat penting,” jelasnya.
Untuk itu BPKH berkomitmen untuk terus menghadirkan inovasi layanan keuangan melalui seamless process setoran awal haji. Supaya setoran awal biaya haji bisa lebih mudah, lebih cepat, lebih transparan, dan aman.
Acara tersebut juga dihadiri Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar. Dia menyampaikan sejumlah pesan, diantaranya tantangan haji di masa depan. Nasaruddin mengatakan jumlah pemeluk agama Islam secara global dalam sepuluh tahun terakhir melonjak signifikan.
“Tahun 2024 ini jumlah pemeluk agama Islam ada 2,2 miliar jiwa,” katanya. Sementara itu Indonesia berada di urutan kedua setelah Pakistan, sebagai negara dengan umat Islam terbesar.
Di sisi lain perekonomian Indonesia cenderung stabil dan baik. Misalnya inflasi sangat rendah. Sementara pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Sehingga ke depan jumlah pendaftar haji bakal semakin meningkat. Akibatnya antrean haji kian panjang. Nasaruddin mengatakan meskipun Indonesia berada di urutan kedua, tetapi jumlah kuota hajinya tertinggi.
Nasaruddin mengungkapkan antrean haji juga terkait kuota. Saat ini Arab Saudi memberikan kuota haji 2025 sebanyak 221 ribu. “Saya belum menyampaikan usulan tambahan kuota haji,” katanya. Karena Nasaruddin masih menimbang baik dan buruknya. Karena menurut dia, sejumlah masalah dalam perhajian, juga terkait dengan kuota yang besar tapi fasilitas terbatas.