Menko Airlangga Ungkap Tantangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

  • Bagikan

JAKARTA, BACAPESAN– Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan tantangan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Salah satu yang disorotinya adalah perilaku belanja masyarakat kelas atas Indonesia.

Menurut Airlangga, sebanyak 10 juta kelas atas Indonesia atau tier 1 yang memiliki daya belinya sangat besar tidak belanja di Indonesia. Justru mereka suka belanja di luar negeri.

“Persoalan kita cuma satu, yaitu tier 1, sekitar 10 juta orang yang belanjanya tidak di Indonesia. Padahal, daya beli mereka sangat besar,” ungkap Airlangga dalam Acara BNI Investor Daily Round Table di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, Rabu 15 Januari 2025.

Airlangga menyebut, segmen ekonomi tersebut sangat sensitif dengan ketersediaan produk dan keberagaman jenis barang. Padahal, kata dia, jutaan kelas atas itu bisa memperkuat daya beli di pasar domestik.

“Kebanyakan mereka belanjanya tidak di Indonesia padahal itu daya beli yang kuat. Nah itu yang sebetulnya kita perlu tarik juga disitu,” jelas Airlangga.

Untuk diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dapat dijaga di lebel 5 persen. Bahkan, lanjut Airlangg, jika dibandingkan dengan berbagai negara lain tentunya pertumbuhan ekonomi Indonesia masih diatas Tiongkok, Taiwan, bahkan Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang.

Selain itu, inflasi di Indonesia pun masih relatif terkendali di kisaran 1,55 persen. Ia mengklaim bahwa inflasi Indonesia menjadi salah satu yang terendah.

“Dengan neraca perdagangan yang masih positif dan indikator ekonomi lainnya yang relatif stabil, kita dapat menjaga momentum pertumbuhan meski dinamika global memberikan tantangan,” beber Airlangga.

Dari segi kurensi, Airlangga mengakui tentu fluktuasi ada. Namun Indonesia tidak lebih dalam daripada Jepang, Turki atau negara Brazil. Menurutnya, Indonesia relatif lebih terkendali walaupun tentunya ketidakpastian itu masih tentu ada.

“Dari segi perdagangan kita lihat perdagangan yang terakhir masih positif dan dengan perdagangan yang positif ini kita melihat bahwa kita bisa menjaga dalam sekitar 56 bulan positif terus,” pungkasnya.

(JP)

  • Bagikan