JK Research Center UMI Gelar Penelitian Pembuatan Perahu Phinisi di Bulukumba

  • Bagikan

BULUKUMBA, BACAPESAN– JK Research Centre Universitas Muslim Indonesia (UMI) bekerja sama dengan National University of Singapore (NUS) melaksanakan kegiatan pengumpulan data penelitian mengenai pembuatan perahu Phinisi sesuai dengan manuskrip Dg Paduppa. Kegiatan berlangsung selama tiga hari, Jum’at hingga Ahad, 17-20 Januari 2025, bertempat di kawasan Tanah Beru, Bulukumba.

Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua JK Research Centre UMI, Prof. Dr. Ir. H. M. Hattah Fattah, MS, yang juga Wakil Rektor V UMI bersama sejumlah peneliti dari JK Research Centre UMI (M.Ishaq Samad, Rabiah Busyaeri, M.Yunus, Awaluddin, Nurjannah Abna, Fatmawati, Nurmi, dan Ramdan Satra). Pengumpulan data penelitian ini bertujuan untuk menggali dan melestarikan kearifan lokal serta nilai-nilai tradisional dalam pembuatan perahu Phinisi yang telah menjadi warisan budaya dunia.

Kerja sama dengan National Universiti Singapura (NUS) diharapkan dapat memperkuat dimensi akademik dan praktik dalam penelitian ini, sekaligus memperkenalkan budaya maritim Indonesia di tingkat internasional. Lokasi Tanah Beru dipilih karena merupakan pusat perahu Phinisi yang telah lama menjadi ikon maritim kebanggaan Sulawesi Selatan.

Prof. Hattah Fattah menyatakan, “Pembuatan perahu Phinisi merupakan bagian dari sejarah panjang dan kebudayaan masyarakat Bugis-Makassar. Dengan adanya penelitian ini, kami berharap dapat mendokumentasikan dan melestarikan tradisi ini sesuai dengan manuskrip Dg Paduppa, sehingga nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya tetap terjaga.”

Penelitian ini juga melibatkan wawancara langsung dengan para pembuat perahu tradisional dan pengamatan terhadap proses pembuatan Phinisi secara rinci, mulai dari pemilihan bahan hingga proses finishing.

Dikatakan Manuskrip Dg Paduppa menggabungkan pengetahuan tentang astronomi, kosmologi, pembuatan perahu, dan pengoperasian perahu mencerminkan hubungan erat antara kepercayaan kosmis dan keterampilan praktis dalam tradisi maritim masyarakat Bugis-Makassar. Berikut adalah penjelasan hubungannya:

Kombinasi Pengetahuan Lokal dan Global
• Tradisi ini menunjukkan bahwa masyarakat Bugis-Makassar telah lama memadukan kearifan lokal (kosmologi dan keterampilan teknis) dengan kebutuhan praktis (perdagangan maritim), menciptakan peradaban maritim yang tangguh dan disegani.
Manuskrip seperti Dg Paduppa adalah warisan yang berharga, mencerminkan bagaimana orang Bugis-Makassar tidak hanya menjadi pelaut pemberani, tetapi juga ilmuwan kosmologi yang bijaksana, pengrajin perahu yang mahir, dan pedagang yang ulung.

Astronomi dan Kosmologi: Peta Navigasi Alam
• Perputaran Naga dan Jalulgaib: Pengetahuan tentang perputaran naga setiap tahun dan jalulgaib (perputaran bulan) memberikan panduan kosmologis dan astronomis untuk menentukan waktu dan arah perjalanan. Sistem ini mirip dengan kalender maritim yang digunakan untuk memahami musim, angin, dan pasang surut air laut.
• Panduan Navigasi: Orang Bugis-Makassar memanfaatkan posisi bintang dan pergerakan bulan sebagai peta navigasi alam untuk mengarungi lautan. Hal ini memungkinkan mereka menghindari cuaca buruk dan memilih waktu terbaik untuk berlayar.

Pembuatan Perahu: Simbol Kehidupan dan Alat Transportasi
• Pembuatan Perahu dalam Konteks Kosmis: Proses pembuatan perahu tidak hanya bersifat teknis tetapi juga spiritual. Posisi tubuh naga, seperti yang dijelaskan dalam manuskrip, mungkin menggambarkan cara memilih material atau desain perahu yang harmonis dengan alam.
• Keahlian Teknis: Perahu tradisional Bugis-Makassar, seperti phinisi, dirancang berdasarkan kepercayaan kosmis dan keterampilan praktis berdasarkan zamannya. Sebelum ada teknologi semua aktivitas pembuatan kapal menggunakan tenaga manusia, namun searah perkembangan ilmu pengetahuan dengan teknologi yang canggih untuk ukuran zamannya. Teknik pembuatannya mencerminkan pemahaman mendalam tentang aerodinamika dan hidrodinamika, yang memungkinkan stabilitas dan kecepatan di laut terbuka.

Mengoperasikan Perahu: Keterampilan dan Keberanian
• Pengetahuan Kosmologi dan Navigasi: Astronomi dan kosmologi memberikan panduan untuk membaca tanda-tanda alam, seperti arah angin dan arus laut. Kemampuan ini sangat penting untuk navigasi jarak jauh ke tempat seperti Singapura.
• Keberanian Pelaut: Pelaut Bugis-Makassar memiliki keberanian yang lahir dari keyakinan spiritual dan kepercayaan pada harmoni antara manusia dan kosmos. Pengetahuan yang diwariskan melalui manuskrip ini memperkuat kepercayaan diri mereka dalam menghadapi tantangan laut.

Hubungan dengan Perdagangan
• Jalur Perdagangan Internasional: Pengetahuan tentang musim, angin, dan arus memungkinkan pelaut Bugis-Makassar untuk memanfaatkan jalur perdagangan maritim yang strategis, seperti jalur menuju, Riau, Johor, dan Singapura.
• Efisiensi dan Keselamatan: Keterampilan membuat dan mengoperasikan perahu menjadikan mereka pelaut yang handal dan dipercaya untuk membawa barang dagangan, menjadikan Singapura salah satu tujuan utama perdagangan mereka pada masa lampau.

  • Bagikan