SENGKANG, BACAPESAN — Kakanwil Kemenag Provinsi Sulsel H. Ali Yafid menegaskan kepada seluruh aparatur Kemenag Kabupaten Wajo agar mengimplementasikan pesan dan program prioritas Menteri Agama RI.
Hal tersebut disampaikan Kakanwil saat memberikan arahan di hadapan seluruh pejabat, pimpinan Satker dan ratusan aparatur kemenag Kabupaten Wajo di Aula Kantor Kemenag Wajo saat Kunjungan Kerjanya, Selasa, 4 Februari 2025.
Warga Kemenag Sulsel memiliki potensi Sumber Daya Manusia yang besar dan memiliki talenta yang tidak diragukan.
“Mari maksimalkan potensi tersebut untuk terus berinovasi dan berkreasi demi meningkatkan kualitas kerja dan pelayanan kepada masyarakat,” ujarnya.
Selain itu, salah satu tugas berat kita adalah menjaga Marwah dan opini positif Kementerian Agama di mata publik, sebagaimana pesan Menteri Agama, bahwa kementerian kita ini menggandeng kata Agama, ibarat kain putih, sedikit saja terkena noda, akan terlihat sangat jelas.
Yang lain, kata Kakanwil, keberadaan Kementerian Agama di republik ini adalah untuk lebih mendekatkan ajaran agama kepada umatnya.
“Mari bantu Menteri Agama menjaga Bangsa Indonesia dari Sulawesi Selatan,” tutup Kakanwil.
Sementara itu, Tenaga Ahli Menteri Agama Bidang Haji, Umrah dan Kerjasama Luar Negeri H. Bunyamin Yafid dikesempatan yang sama menitip pesan khusus.
“Buatlah relasi pengabdian kita di Kementerian Agama seperti relasi Santri dan Kiyainya atau Anregurutta kalo di Tanah Bugis,” ujarnya.
Relasi antara santri dan kyainya (guru ngaji) dalam tradisi Islam di Indonesia, khususnya di pesantren, sangat erat dan memiliki nilai-nilai yang mendalam dalam berbagai aspek diantaranya :
Aspek Spiritual
- Ketaatan dan Hormat: Santri diharapkan menunjukkan ketaatan dan hormat kepada kyainya, karena kyai dianggap sebagai pemimpin spiritual dan teladan.
- Pengajaran dan Bimbingan: Kyai bertanggung jawab untuk mengajar dan membimbing santri dalam memahami ajaran Islam dan mengembangkan karakter.
Aspek Sosial
- Keluarga Besar: Pesantren sering dianggap sebagai keluarga besar, di mana kyai sebagai figur ayah dan santri sebagai anak-anak.
- Gotong Royong: Santri dan kyai bekerja sama dalam menjalankan kegiatan sehari-hari di pesantren, membangun rasa solidaritas dan kebersamaan.
Aspek Pendidikan
- Pengembangan Ilmu: Kyai bertanggung jawab untuk mengembangkan ilmu pengetahuan santri, baik dalam bidang agama maupun umum.
- Pembentukan Karakter: Kyai juga berperan dalam membentuk karakter santri, mengajarkan nilai-nilai seperti disiplin, tanggung jawab, dan kejujuran.
Aspek Emosional
- Kasih Sayang: Kyai sering menunjukkan kasih sayang dan kepedulian kepada santri, membangun rasa aman dan nyaman.
- Keterbukaan: Santri merasa nyaman untuk berbagi masalah dan kekhawatiran dengan kyainya, membangun hubungan yang lebih dekat.
Dalam konteks ini, relasi antara santri dan kyainya bukan hanya sekedar hubungan guru-murid, tetapi juga mencakup aspek spiritual, sosial, pendidikan, dan emosional yang mendalam.
“Bantulah Kementerian Agama dengan cara yang sederhana saja, yakni amplifikasi dan glorifikasi segala bentuk publikasi informasi yang terkait program Kementerian Agama ke publik dan nitizen, agar seluruh teloran Kementerian Agama tidak sekedar simbol yang mengawang awang, tapi bisa dibumikan dan dirasakan manfaatnya bagi seluruh umat beragama di Indonesia dan di level global,” pinta Bunyamin Yafid. (Wrd)