JAKARTA, BACAPESAN– Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pendapatan domestik bruto (PDB) per kapita Indonesia naik sebesar 4,8 persen menjadi Rp 78,62 juta pada tahun 2024. Angka ini tercatat meningkat dibandingkan dengan PDB tahun 2023 yang sebesar Rp 75 juta.
“PDB per kapita juga telah meningkat mendekati USD 5.000, yaitu Rp 78,62 juta per tahun atau setara dengan USD 4.960,33,” kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, dikutip Kamis 6 Februari.
Untuk diketahui, pendapatan perkapita adalah pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk di suatu negara. Pendapatan perkapita dihitung dengan membagi total pendapatan nasional dengan jumlah penduduk.
Lebih lanjut, dia menjelaskan perekonomian Indonesia 2024 yang diukur berdasarkan PDB atas dasar harga berlau (ADHB) mencapai Rp 22.139 triliun atau naik Rp 1.246,6 triliun dari PDB ADHB 2023 yang sejumlah Rp 20.892,4 triliun.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat ke 5,03 persen di sepanjang 2024. Angka ini tercatat melambat dibandingkan dengan realisasi pada 2023 yang mencapai 5,05 persen.
”Ekonomi Indonesia 2024 tumbuh sebesar 5,03 persen, melambat dibanding capaian 2023 yang mengalami pertumbuhan sebesar 5,05 persen (c-to-c),” jelasnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan, dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha jasa lainnya sebesar 9,80 persen. Adapun pertumbuhan tertinggi dari sisi pengeluaran dicapai komponen pengeluaran konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (PK-LNPRT) sebesar 12,48 persen.
Amalia juga menyampaikan bahwa ekonomi Indonesia kuartal IV-2024 terhadap kuartal IV-2023 mengalami pertumbuhan 5,02 persen (y-on-y). Dari sisi produksi, lapangan usaha jasa lainnya mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 11,36 persen.
Sedangkan komponen ekspor barang dan jasa pada sisi pengeluaran, lanjut Amalia, mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 7,63 persen. Ekonomi Indonesia kuartal IV-2024 terhadap triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 0,53 persen (q-to-q).
Dari sisi produksi, lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 16,63 persen. Dari sisi pengeluaran, komponen pengeluaran konsumsi pemerintah (PK-P) mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 38,58 persen.
”Selama 2024 kelompok provinsi di Pulau Jawa mewarnai struktur dan kinerja ekonomi Indonesia secara spasial dengan kontribusi sebesar 57,02 persen dan kinerja ekonomi yang mencatat pertumbuhan 4,92 persen (c-to-c),” tutup Amalia Adininggar Widyasanti. (JP)