JAKARTA, BACAPESAN– Bulan Ramadhan tinggal hitungan hari. Selama bulan suci tersebut, media penyiaran, baik itu televisi, radio, maupun televisi streaming digital menyiarkan program-program religi yang berkaitan dengan Ramadhan.
Dalam penyiaran tersebut, Kementerian Agama (Kemenag) menyiapkan panduan siaran agama dan mengajak media penyiaran membuat program yang selaras dengan Deklarasi Istiqlal. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Dirjen Bimas) Islam Kemenag Abu Rokhmad mengajak lembaga penyiaran untuk menyajikan program siaran agama yang selaras dengan Deklarasi Istiqlal selama Ramadan 1446 H/2025 M. Yaitu, program yang mengedepankan nilai-nilai toleransi, kemanusiaan, dan kepedulian terhadap lingkungan.
“Ramadhan adalah bulan kedamaian, karena itu media harus menyiarkan konten yang memberikan ketenangan kepada umat,” ujar Abu dalam Temu Penanggung Jawab Program Siaran Agama Islam dengan Media, di Wisma Kemenag, Jakarta, Kamis 13 Februari.
Dia menegaskan, Kemenag melakukan kerja sama dengan media penyiaran untuk memastikan siaran agama disampaikan ulama dan narasumber yang berkompeten, sehingga pesan dakwah dapat tersampaikan secara damai dan inklusif.
Abu menekankan siaran agama selama Ramadhan harus sejalan dengan semangat Deklarasi Istiqlal, yaitu menolak segala bentuk dehumanisasi, serta mengedepankan empati, kasih sayang, dan penghormatan terhadap sesama tanpa memandang latar belakang sosial dan budaya.
“Siaran agama juga harus mendorong sikap empati, kasih sayang, serta penghormatan terhadap sesama, tanpa memandang latar belakang sosial dan budaya,” tambahnya.
Selain itu, pentingnya isu lingkungan dalam dakwah Ramadhan. Menurut Abu, Islam mengajarkan alam adalah amanah yang harus dijaga, sehingga siaran agama diharapkan mengajak masyarakat untuk hidup lebih ramah lingkungan.
“Islam menempatkan alam sebagai amanah yang harus dijaga. Siaran agama di bulan Ramadan juga menekankan kesadaran ekologis, mengajak masyarakat untuk hidup lebih ramah lingkungan, serta menjaga kebersihan dan kelestarian alam sebagai bagian dari ibadah,” jelasnya.
Menurut Abu, media memiliki tanggung jawab besar dalam membangun harmoni sosial melalui siaran agama, terutama selama Ramadan yang merupakan momentum untuk mempererat persaudaraan dan persatuan.
“Ramadan, bulan persaudaraan dan persatuan, harus dimanfaatkan untuk mempererat hubungan antarumat beragama, membangun toleransi, serta mencegah munculnya ujaran kebencian yang dapat mengganggu kerukunan masyarakat,” tegasnya.
Selain menyiarkan ceramah agama, media juga diharapkan menyajikan kisah-kisah inspiratif tentang gotong royong, kepedulian sosial, dan semangat berbagi.
“Media tidak hanya sekadar menyajikan ceramah agama, tetapi juga harus menghadirkan inspirasi melalui kisah nyata yang dapat mendorong masyarakat untuk lebih aktif dalam kegiatan sosial yang membawa manfaat bagi sesama,” jelas Abu. (JP)