Ribuan Pemain Berbakat, Sepak Bola Putri Melejit di Indonesia

  • Bagikan

JAKARTA, BACAPESAN– Sepak bola putri di Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya pemain putri yang berminat terjun ke dunia sepak bola, baik di tingkat sekolah dasar (SD) hingga sekolah sepak bola (SSB). Timo Scheunemann, Head Coach MilkLife Soccer Challenge mengungkapkan bahwa peningkatan ini bahkan terjadi lebih cepat dari perkiraannya.

Menurut Timo, saat ini sudah mulai terbentuk ekosistem sepak bola putri di berbagai daerah, meskipun masih dalam tahap awal. “Dulu tidak ada, sekarang sudah ada. Perkembangannya jauh lebih cepat dari yang saya perkirakan. Kami berharap nanti SSB-SSB yang dilakukan oleh ASTRAF bisa terus berkembang. Salah satu program yang kami dukung adalah Pertiwi Hydro untuk kategori U-14 dan U-16,” ujar Timo di Surabaya, Minggu 23 Februari.

Program ini diharapkan dapat semakin memperbanyak jumlah SSB yang membuka kelas khusus untuk pemain putri. Saat ini, banyak pemain muda yang baru mulai bermain sepak bola, terutama di tingkat SD. Langkah selanjutnya adalah mendorong berbagai SSB agar menyediakan kelas putri secara konsisten. “Kami berharap pertengahan tahun ini, saat U-14 dan U-16 Pertiwi Hydro berlangsung, semakin banyak SSB yang membuka kelas putri,” tambahnya.

Selain dukungan dari penyelenggara turnamen dan pelatih, peran orang tua juga sangat penting dalam perkembangan sepak bola putri. Timo menyoroti bagaimana para orang tua kini lebih terbuka dan mendukung anak-anak mereka bermain sepak bola. “Mereka mulai melihat bagaimana anak-anaknya menikmati permainan ini. Edukasi kepada orang tua dan pelatih juga menjadi kunci agar sepak bola bisa menjadi sarana yang positif bagi anak-anak,” jelasnya.

Timo juga menyinggung bagaimana pengembangan sepak bola putri benar-benar dimulai dari nol di beberapa daerah, seperti di Kudus. “Saat pertama kali kami datang ke Kudus pada tahun 2023, hanya ada satu pemain putri yang bermain sepak bola. Namun, kini jumlahnya sudah mencapai 2.200 pemain. Bahkan, kini sudah ada SSB putri yang ikut berkompetisi di liga setempat. Kami berharap perkembangan ini juga bisa terjadi di 10 kota lainnya yang kami datangi,” ungkapnya.

Keberhasilan membangun ekosistem sepak bola putri di Kudus menjadi contoh bahwa dengan upaya yang tepat, semakin banyak pemain putri yang akan tertarik dan memiliki kesempatan untuk berkompetisi.

Untuk terus menjaga mata rantai regenerasi pemain, inovasi baru dari MilkLife Soccer Challenge berupa fun competition bertajuk Festival SenengSoccer menyasar KU 8. Program ini dirancang untuk mengenalkan gerakan dasar sepak bola dengan metode yang menyenangkan. “Tujuannya untuk mengenalkan koordinasi teknik, kecepatan, dan endurance sejak dini. Dengan begitu, ketika anak-anak ini masuk ke KU 10, mereka sudah memiliki dasar yang kuat dan tidak lagi kaget dengan atmosfer kompetisi,” jelas Timo.

Dengan adanya berbagai inisiatif ini, diharapkan sepak bola putri di Indonesia bisa terus berkembang dan mendapatkan perhatian lebih besar dari berbagai pihak. Melalui turnamen, coaching clinic, serta program pembinaan usia dini, ekosistem sepak bola putri bisa semakin solid dan menghasilkan pemain berkualitas di masa depan. (JP)

  • Bagikan