JAKARTA, BACAPESAN– Mendukung pengadaan air merupakan salah satu strategi Bank Indonesia (BI) dalam mengendalikan inflasi. Khususnya, ke sektor pertanian untuk menjaga ketahanan pangan. Sehingga mampu menjaga harga komoditas jelang Ramadhan dan Lebaran.
Deputi Gubernur BI Doni Primanto Joewono mengungkapkan, infrasturktur air bersih membantu upaya dalam menjaga produksi sektor pertanian. Terutama di daerah lumbung padi nasional yang terkendala ketersediaan air seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan daerah lainnya. Langkah ini berhubungan langsung dengan ketahanan pangan.
”Pengairan yang tidak memadai akan memengaruhi produksi pangan. Kalau terjadi kelangkaan pangan, maka mengakibatkan harga naik atau inflasi. Itu kenapa kami bergabung dalam program ini,” kata Doni di Mojokerto, Selasa 25 Februari.
Dia memproyeksi inflasi untuk periode ramadan dan lebaran yang akan tetap terjaga di bawah 3 persen. Didorong oleh adanya deflasi akibat penurunan tarif listrik. Meski begitu, penting untuk tetap memonitor inflasi inti.
Menurut Doni, jika inflasi inti masih di bawah 2 persen, maka daya beli masyarakat masih bagus. Mengingat, 58 persen dari pertumbuhan ekonomi Indonesia itu dari konsumsi.
”Kalau itu bagus, ya it’s oke. Semoga bisa mencapai sesuai target pemerintah,” ungkap Doni Primanto Joewono.
Terkait inflasi volatile food, lanjut dia, pengadaan air berkaitan dengan harga komoditas pangan. Khususnya dalam meningkatkan produksi beras sehingga harganya terkontrol bagus.
”Kita harus hati-hati di ramadan ini. Terutama beras. Volatile food tadi itu sebenarnya sudah di bawah 3 persen,” imbuh Doni Primanto Joewono.
BI mencatat, bahwa inflasi inti tetap terkendali pada level 2,36 persen year-on-year (YoY). Untuk kelompok volatile food, inflasinya sebesar 3,07 persen YoY. Dengan demikian, bank sentral meyakini inflasi indeks harga konsumen (IHK) ke depan tetap dalam sasaran 2,5 ± 1 persen.
Inflasi inti juga diprakirakan terjaga. Seiring ekspektasi inflasi yang terjangkar dalam sasaran dan kapasitas perekonomian yang masih besar. Juga dapat merespons permintaan domestik maupun imported inflation yang terkendali.
Doni menyatakan, selama periode Januari sampai April 2025, produksi beras didukung dengan curah hujan yang cukup tinggi. Justru, yang perlu antisipasi adalah musim kemarau pada Mei 2025. Ketersediaan air dan pengairan lahan pertanian perlu diperhatikan.
”Di periode itu mungkin baru terasa programnya,” tandas Doni Primanto Joewono.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak mengapresiasi dukungan BI. Dia menyoroti sekitar 27 juta jiwa masyarakat yang belum mendapatkan akses air bersih. Sedangkan, program TNI baru bisa mendekatkan akses air bersih kepada 1,2 juta jiwa.
”Kami juga berharap pemerintah daerah di desa-desa bisa melanjutkan program sampai ke rumah warga. Nanti kita bisa evaluasi, kita akan membuat sanitasi di perumahan. Ini harus berlanjut karena ini sangat berpengaruh kepada kesehatan masyarakat,” ujar Maruli. (JP)