Ramadhan, Kemenag Kirim 1.000 Dai Syiarkan Islam Hingga ke Desa dan Luar Negeri

  • Bagikan

JAKARTA, BACAPESAN– Bulan Ramadhan menjadi momentum syiar agama. Kementerian Agama (Kemenag) mengirim 1.000 dai/daiyah untuk mensyiarkan Islam. Mereka disebar ke wilayah 3T Terdepan, Terluar, Tertinggal (3T), wilayah khusus, hingga luar negeri pada Rabu (26/2).

Keberangkatan para dai itu dilepas langsung oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar. Pelepasannya ditandai dengan penyerahan bendera merah putih oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Abu Rokhmad kepada perwakilan dai.

Nasaruddin Umar berpesan agar para dai selalu menjaga sikap rendah hati dalam berdakwah. Dakwah bukan ajang mencari popularitas, melainkan bentuk pengabdian kepada umat.

“Orang yang puas dengan pujian sudah selesai, tetapi mereka yang terus dikritik akan berkembang. Jangan mencari popularitas di tempat tugas,” ujarnya secara virtual.

Nasaruddin menekankan pentingnya menjaga wudu sebagai bentuk penyucian diri. Menurut dia, setiap tetesan air wudu dapat menghapus dosa-dosa masa lalu. Dia pun mengingatkan para dai agar tidak melupakan orang tua dalam doa mereka.

“Ananda sekalian, tolong doakan orang tua. Anda tidak akan menjadi seperti ini tanpa mereka. (Jangan sampai) sibuk memimpin doa untuk orang lain, tetapi lupa mendoakan orang tua sendiri. Ziarahi makam ibu dan bapak. Cium, jangan hanya tangannya, tapi juga kakinya,” pesannya.

Selain itu, Nasaruddin menganjurkan para dai untuk memperbanyak ibadah sunnah, seperti membaca surah Al-Kahfi, Yasin, Ar-Rahman, dan Al-Mulk, serta menjalankan salat sunnah, termasuk salat tasbih di tengah malam.

Pengiriman dai ke wilayah 3T merupakan program tahunan Kemenag yang telah berjalan sejak 2021 setiap Ramadan. Tahun ini Kemenag juga memperluas akses layanan keagamaan bagi diaspora Indonesia di luar negeri, terutama untuk lima negara, seperti Australia, Jerman, dan Selandia Baru. “Para pendakwah yang ditugaskan di luar negeri merupakan peraih juara MTQ tingkat nasional,” tandasnya.

Direktur Jenderal Bimas Islam Abu Rokhmad menjelaskan, saat ini dibutuhkan para pendakwah yang mampu mengajak masyarakat untuk membangun negara. “Negara membutuhkan tangan-tangan kreatif dan niat baik para dai. Bantu negara ini dengan mengajak masyarakat bekerja keras sesuai bidangnya,” harap Abu.

Dia meminta setiap dai melaporkan aktivitasnya dakwahnya, mengaktifkan media sosial, serta membuat laporan berbasis data untuk mengukur perubahan di masyarakat. Selain itu, dia berharap, para dai dapat memiliki kedekatan emosional dengan masyarakat dan keluarga yang mereka bina.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Penerangan Agama Islam Ahmad Zayadi menambahkan, meningkatnya permintaan layanan keagamaan dari diaspora membuka peluang bagi Indonesia untuk menjadi kiblat dalam kajian dan praktik keislaman global.

Menurut dia, fenomena ini terlihat dari keberadaan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) yang memiliki 70 persen mahasiswa asing.

Ia juga mengungkapkan tantangan sosial dalam dakwah, seperti meningkatnya angka perceraian dan turunnya angka pernikahan.

“Pada 2023, jumlah pernikahan hanya 1,3 juta, sementara angka perceraian lebih dari 400 ribu. Ini menjadi ancaman bagi ketahanan keluarga. Dai tidak hanya bertugas menyampaikan ajaran agama, tetapi juga melakukan analisis sosial agar dakwah lebih efektif,” ujarnya.

Program pengiriman dai ini digelar atas kerja sama dengan berbagai pihak, seperti Badan Pengelola Keuangan Haji, BAZNAS, Bank Syariah Indonesia (BSI), serta sejumlah lembaga filantropi Islam dan pesantren. Para pendakwah dijadwalkan berangkat pada 27 Februari 2025 dan bertugas hingga akhir Ramadhan. (JP)

  • Bagikan