Menag Ungkap Perlunya Reformasi Metode Dakwah

  • Bagikan

JAKARTA, BACAPESAN– Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengenalkan gagasan ekoteologi berbasis Asmaul Husna. Gagasan tersebut disampaikan saat menerima audiensi Majelis Hukama Muslimin serta qari dan dai Al Azhar Kairo di kantornya, Selasa 4 Maret.

“Selama ini, teologi kita cenderung terlalu maskulin,” katanya. Ke depan, Kemenag ingin mengembangkan teologi yang lebih lembut dan berbasis pada Asmaul Husna atau nama-nama mulia Allah.

Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta itu mengatakan, 80 persen nama-nama Allah dalam Asmaul Husna bernuansa feminin. Misalnya Ar-Rahman disebut 57 kali dan Ar-Rahim 114 kali. Untuk itu Kemenag harus mengembangkan teologi yang lebih feminin. Sehingga ketika dikaitkan dengan ekologi atau lingkungan, bisa mencegah percepatan dampak perubahan iklim. “Perubahan iklim menyebabkan satu juta kematian per tahun,” ungkap Nasaruddin.

Di depan para dai, Nasaruddin juga mengungkapkan perlunya reformasi metode dakwah. Tujuannya, agar lebih relevan dengan perkembangan zaman. “Kita terlalu deduktif dan kualitatif, padahal dunia saat ini sangat kuantitatif dan induktif,” katanya. Selain itu dai juga perlu mendakwahkan Islam dengan pendekatan berbasis data dan penelitian.

Sebagai langkah konkret, Kemenag mengundang Mesir untuk mengirimkan seribu dosen bahasa Arab ke Indonesia. Misinya untuk mengajarkan bahasa Arab dan Islam di pesantren-pesantren. Kemenag memilih Mesir karena memiliki pendekatan keislaman yang moderat. (JP)

  • Bagikan

Exit mobile version