JAKARTA, BACAPESAN– Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menggelar program Asta Pesantren. Gelaran itu merupakan Gerakan Gaya Hidup Sadar Sampah di Lingkungan Pondok Pesantren (Ponpes). Sekaligus, menjadi salah satu rangkaian Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2025.
Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menegaskan, pengelolaan sampah yang baik merupakan bagian dari tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi. “Nah, pondok pesantren memiliki peran besar dalam membentuk karakter santri yang berwawasan lingkungan,” ujarnya di Ponpes Al Muhajirin 3, Purwakarta kemarin.
Dia juga berharap pesantren dapat menjadi percontohan dalam pengelolaan sampah yang efektif. Sehingga tidak ada lagi sampah yang berakhir di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
Menurut data KLH, pada tahun 2023 total timbunan sampah nasional mencapai 56,63 juta ton. Sementara tingkat pengelolaan sampah baru mencapai 39 persen dari target 100 persen pada tahun 2025. Karena itu, pesantren didorong untuk mengadopsi pola hidup yang lebih ramah lingkungan dengan menerapkan langkah-langkah konkret.
Antara lain mengurangi sampah dengan menghindari penggunaan produk sekali pakai, mengelola sisa makanan dengan metode kompos atau pakan maggot, hingga mendirikan bank sampah. “Jika setiap santri menghasilkan 0,5 kilogram sampah per hari, maka di Al-Muhajirin saja akan ada 3.500 kilogram (3,5 ton) sampah per hari. Ini angka yang cukup besar. Kami berharap pesantren dapat menjadi contoh bagi masyarakat,” jelasnya.
Delapan Ponpes di Program Asta Pesantren
1.Ponpes Al Muhajirin 3, Purwakarta
2.Ponpes Nur El Falah, Serang, Banten
3.Ponpes Eco Daaruttauhid, Bandung Barat, Jawa Barat
4.Ponpes Assalam, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
5.Ponpes Al Munawwir, Bantul, DIY
6.Ponpes Nurul Hidayah, Kota Probolinggo, Jawa Timur
7.Ponpes Islamic Center Al Hidayah, Kampar, Riau
8.Ponpes Darunnajah, Lampung Timur, Lampung.
(JP)