Menggali Kesejatian (15):Kesombongan Numerik (Angka)

  • Bagikan

Oleh : Rektor UIN Alauddin Hamdan Juhannis

SAYA terinspirasi dari respon seorang pembaca, M.Zikri, anggota group alumni, yang menyajikan jenis-jenis kesombongan versi ChatGPT. Penyajiannya sangat informatif. Dari inspirasi itulah saya mencoba mengurai bentuk kesombongan dan bagaimana ia berkelindan dalam kehidupan sehari-hari.

Saya perjelas sebelumnya, ini murni pengelompokan dan peristilahan yang saya buat sendiri, jadi anda boleh setuju, tidak setuju, atau mau menambahkannya.

Pertama, kesombongan absolut, kesombongan tingkat “dewa”. Ibarat balon, sudah meletus. Orang dengan jenis kesombongan ini biasanya bercampur dengan sikap egois, pencampurannya sangat seimbang dan nyaris sempurna. Biasanya orang sombong dengan jenis ini memiliki segala yang bisa disombongkan. Bahasa-bahasanya selalu terdengar “besar” dan prilakunya mencerminkan kehebatan dirinya.

Orang dengan jenis ini biasanya tidak memiliki keinginan untuk mendengar pandangan atau masukan orang-orang karena selalu melihat bahwa dirinya “lebih” segalanya dari mereka. Ciri lainnya, selalu mengontrol untuk memperlihatkan sisi yang dianggap kelemahannya.

Kedua, Kesombongan super. Setiap berbicara selalu tentang kehebatannya. Selalu tentang pencapaiannya. Diksi yang dipilihnya menunjukkan superioritas dirinya, “hanya saya”, “tidak mungkin terjadi tanpa saya”. “Pasti gagal tanpa restuku”. Kesombongannya tidak menjadi absolut karena meskipun memiliki otoritas yang membuatnya merasa sombong, tetapi dirinya tidak memiliki kesempurnaan kekuatan pendukung berupa kelengkapan pesona personal.

Ketiga, Kesombongan kreatif. Orang dengan jenis ini sangat pintar menyajikan kesombongannya. Caranya, dia berbicara tentang kelemahan orang lain, atau ketidakmampuan orang lain dan secara tidak lansung menunjukkan kehebatan dirinya. Dari bicaranya, bisa ditarik kesan bahwa tidak ada yang lebih jagoan selain dirinya. Biasanya orang sombong seperti ini memiliki kemampuan memainkan logika berpikir. Biasanya juga, orang lain menangkap kesombongan model ini setelah beberapa kali berinteraksi dengan dirinya.

Keempat, kesombongan acak. Bisa juga disebut kesombongan sporadis. Orang dengan jenis ini, cara menyombongkan dirinya tidak ada keteraturan. Kadang kelihatan tawadhu di suatu waktu, tiba-tiba jadi sombong di lain waktu. Sepertinya kesombongannya muncul tergantung dari ruang dan waktu. Orang dengan jenis ini memiliki kemampuan memainkan irama

kesombongannya tergantung suasana yang melingkupinya. Kalau ada orang lebih dari dirinya, dia tidak akan bersombong ria, tapi kalau merasa saatnya melepaskan kesombongannya, supaya menjadi “ter” di situasi itu dia tiba-tiba lepaskan. Jadi kesombongan jenis itu dilepas untuk tujuan-tujuan tertentu. Jenis ini juga dipakai untuk menghadapi orang sombong lainnya, jadi kesombongan acak ini biasanya terjadi pada pembicaraan dua orang yang saling mempertontokan kehebatannya.

Kesombongan apalagi yah? Maaf, saya harus hentikan menulis. “Saatnya saya mengaji, syukur-syukur saya bisa tamatkan lagi bacaan saya hari ini, harapannya bisa tamat 10 kali.”

  • Bagikan

Exit mobile version