MAKASSAR, BACAPESAN- – Abdul Kadir resmi menyandang gelar doktor usai mempertahankan disertasinya di Program Studi Dirasah Islamiyah, Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Rabu, 19 Maret 2025.
Dalam penelitiannya, Abdul Kadir membahas transformasi nilai pendidikan Islam di lingkungan Pesantren Hidayatullah melalui perspektif sistematika wahyu K.H. Abdullah Said.
Disertasi berjudul “Transformasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Sistematika Wahyu Perspektif K.H. Abdullah Said pada Pendidikan Pesantren Hidayatullah ” itu mengupas bagaimana konsep sistematika wahyu dijadikan dasar pembentukan karakter peserta didik di pesantren tersebut.
“Penelitian ini berangkat dari pentingnya pemahaman nilai-nilai pendidikan Islam yang sistematis, yang digagas oleh K.H. Abdullah Said dan telah diimplementasikan di Pesantren Hidayatullah,” kata Abdul Kadir.
Ada tiga tujuan utama dalam penelitian ini. Pertama, mengidentifikasi bentuk transformasi nilai pendidikan Islam berbasis sistematika wahyu. Kedua, menganalisis strategi transformasi nilai yang diterapkan, baik melalui pembelajaran formal di kelas maupun secara nonformal seperti ceramah, halaqah, dan daurah. Ketiga, mengungkap tantangan yang dihadapi pesantren dalam proses transformasi nilai tersebut, sekaligus merumuskan langkah strategis untuk mengatasinya.
Abdul Kadir menggunakan metode kualitatif deskriptif.
Penelitian dilakukan di Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam, serta dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan, sistematika wahyu yang diterapkan di Pesantren Hidayatullah berdampak signifikan dalam membentuk pola pikir dan karakter peserta didik.
Nilai-nilai ini mencakup pemahaman tentang Rabb melalui surah al-‘Alaq, komitmen kepada al-Qur’an melalui surah al-Qalam, penguatan spiritual melalui al-Muzzammil, semangat berdakwah melalui al-Muddatsir, hingga pembentukan masyarakat berbasis nilai-nilai al-Fatihah.
“Proses pembelajaran nilai-nilai ini dilakukan secara formal melalui mata pelajaran kehidayatullahan, dan nonformal melalui berbagai program penguatan karakter,” ujar Abdul Kadir.
Ia menyebutkan, transformasi nilai yang dihasilkan tak lepas dari peran para guru dan pengasuh di pesantren yang menjadi teladan bagi para santri. Implikasinya, Lembaga Pendidikan dan Pengkaderan Hidayatullah (LPPH) Balikpapan terus memastikan internalisasi nilai-nilai sistematika wahyu berjalan optimal, baik di lingkungan sekolah maupun asrama.
Abdul Kadir merekomendasikan agar para pendidik di Hidayatullah mengikuti pelatihan rutin seperti daurah dan halaqah, untuk memperkuat pemahaman dan praktik nilai-nilai yang diajarkan. “Ini penting agar nilai-nilai pendidikan Islam berbasis sistematika wahyu benar-benar tertanam dalam diri peserta didik,” ujarnya.