JAKARTA, BACAPESAN– Bank Indonesia (BI) menyampaikan bahwa pihaknya akan tetap konsisten menjaga stabilitas harga, merespons rilis Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Maret 2025 yang tercatat mengalami inflasi 1,65 persen month to month (mtm) dibandingkan bulan sebelumnya.
Selain itu, Bank Indonesia juga mempererat sinergi pengendalian inflasi dengan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.
“Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus 1 persen pada 2025,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso di Jakarta, Selasa 8 April.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada Selasa, IHK Maret 2025 tercatat inflasi sebesar 1,65 persen (mtm) sehingga secara tahunan IHK mengalami inflasi sebesar 1,03 persen (year on year/yoy).
Inflasi inti tetap terjaga rendah. Inflasi inti pada Maret 2025 tercatat sebesar 0,24 persen (mtm), relatif stabil dari realisasi pada bulan sebelumnya sebesar 0,25 persen (mtm).
Ramdan menjelaskan bahwa perkembangan inflasi inti tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan harga beberapa komoditas global dan kenaikan permintaan periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri, di tengah ekspektasi inflasi yang terjaga. Realisasi inflasi inti pada Maret 2025 disumbang terutama oleh inflasi komoditas emas perhiasan.
Adapun secara tahunan, inflasi inti Maret 2025 tercatat sebesar 2,48 persen (yoy) atau stabil dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,48 persen (yoy).
Kelompok volatile food pada Maret 2025 mengalami inflasi sebesar 1,96 persen (mtm), lebih tinggi dari realisasi bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,93 persen (mtm).
Inflasi kelompok volatile food disumbang terutama oleh komoditas bawang merah, cabai rawit, dan daging ayam ras. Peningkatan harga bawang merah dan cabai rawit dipengaruhi oleh keterbatasan produksi akibat gangguan cuaca.
Sementara itu, meningkatnya harga daging ayam ras didorong oleh kenaikan permintaan selama periode HBKN Idulfitri.
Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 0,37 persen (yoy), menurun dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,56 persen (yoy).
“Ke depan, inflasi volatile food diprakirakan tetap terkendali didukung oleh eratnya sinergi antara Bank Indonesia bersama TPIP dan TPID melalui GNPIP di berbagai daerah,” kata Ramdan.
Di sisi lain, kelompok administered prices pada Maret 2025 mengalami inflasi sebesar 6,53 persen (mtm), meningkat dari realisasi bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 2,65 persen (mtm).
Peningkatan inflasi kelompok administered prices terutama disumbang oleh komoditas tarif listrik, seiring berakhirnya implementasi kebijakan diskon tarif listrik sebesar 50 persen kepada pelanggan rumah tangga dengan daya terpasang listrik sampai dengan daya 2.200 VA.
Inflasi administered prices yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi pada komoditas angkutan udara seiring dengan implementasi diskon harga tiket penerbangan berjadwal domestik kelas ekonomi selama periode HBKN Idulfitri.
Secara tahunan, kelompok administered prices tercatat deflasi sebesar 3,16 persen (yoy), tidak sedalam deflasi bulan sebelumnya sebesar 9,02 persen (yoy). (AN)