JAKARTA, BACAPESAN- Film Pembantaian Dukun Santet telah resmi tayang di bioskop Tanah Air sejak Kamis (8/5). Proyek garapan sutradara Azhar Kinoi Lubis itu mengisahkan tentang sebuah konflik besar di masyarakat. Kekacauan terjadi karena banyaknya orang yang dituduh sebagai dukun santet.
Mereka yang tertuduh pun tidak membela diri, meski hal itu membuat nyawa mereka terancam. Teror mencekam kerap berdatangan. Teror tidak hanya mengantui warga kampung, tetapi juga menyasar hingga ke sebuah pesantren.
Sejumlah pengajar hingga santri pun ikut menjadi korban dan terbunuh satu per satu. Satrio (Kevin Ardilova), salah satu santri berusaha untuk kabur demi menyelamatkan diri dari pesantren. Dia ingin memastikan keselamatan kedua orang tuanya di rumah dari badai konflik tersebut.
Namun, niat baiknya itu beberapa kali tertahan oleh seorang santriwati bernama Annisa (Aurora Ribero). Annisa kerap memohon kepada Satrio untuk tidak keluar dari pesantren dan mengungkap dalang di balik teror hingga kematian teman-teman dan guru-gurunya di pesantren.
Film Pembantaian Dukun Santet diadaptasi dari thread di X milik Jeropoint. Kinoi menyatakan, film tersebut tidak hanya sekadar menyuguhkan esensi horor semata. Lebih dari itu, dia menyatakan, isu yang diangkat bisa menjadi bahan diskusi sekaligus perenungan untuk publik.
“Film ini bukan hanya menghibur, tapi ada premis yang bisa kita pelajari. Karena peristiwa ini sangat dikenal dan bukan hanya di Indonesia,” kata Kinoi saat malam gala premiere film Pembantaian Dukun Santet di Epicentrum XXI, Jakarta Selatan.
Hal serupa juga disampaikan, Teuku Rifnu Wikana yang turut terlibat memerankan tokoh Ustad Ridwan. Dia menyatakan bahwa film Pembantaian Dukun Santet merupakan cerminan dari peristiwa kelam yang pernah terjadi di salah satu daerah di Indonesia pada masa lalu.
“Film ini mengingatkan kita ke tahun 1998. Di mana saat itu orang-orang yang menggunakan santet itu dibantai semuanya. Suasana politik saat itu juga kelam banget di Indonesia. Bahkan, terjadi pembantaian juga di satu daerah,” tutur Rifnu.
Produksi film Pembantaian Dukun Santet memakan waktu selama satu tahun. Proses syuting berjalan selama satu bulan di daerah Cirebon, Jawa Barat. Berperan sebagai tokoh agama bukan sesuatu hal yang menyulitkan bagi Rifnu. Sebab, Rifnu besar di lingkungan agama yang ketat.
“Dari kecil kan sudah belajar, pernah di madrasah, belajar ngaji, belajar bahasa Arab, dan segala macamnya. Jadi, ketika ada bahasa Arab atau ayat-ayat Al-Qur’an itu masih gampang. Apalagi, ustad juga ada banyak di sekitar kita,” ujar Rifnu.
Dia mengungkapkan yang menantang dari karakternya kali ini adalah menjaga konsistensi layer emosi yang dimiliki Ustad Ridwan. Serta, membangun kepercayaan penonton bahwa karakter yang dimainkannya merupakan orang baik. Mengingat imej Rifnu di industri perfilman tidak lepas dari peran jahat.
“Itu susahnya. Ustad Ridwan ini penuh tanda tanya, gimana caranya orang percaya aku itu orang baik ketika muncul. Karena selama ini kalau Rifnu pasti jahat,” papar Rifnu.
Film garapan rumah produksi Pichouse Films itu juga melibatkan sejumlah aktor ternama lainnya. Yakni Kaneishia Yusuf, Iqbal Sulaiman, Aryo Wahab, Siti Azizah Chairunnisa, Ayu Dyah Pasha, dan lainnya. (JP)