MAKKAH, BACAPESAN- Senin 12 Mei menjadi titik krusial dalam rangkaian haji tahun ini. Gelombang besar jemaah haji Indonesia bergerak dari Madinah menuju Makkah dalam kondisi cuaca yang ekstrem dan logistik yang sangat padat.
Sebanyak 8.257 jemaah dari 21 kloter menjalani miqat di Bir Ali dan diberangkatkan menggunakan 203 bus menuju Kota Makkah.
Jumlah jemaah yang sudah tiba di Makkah hari ini tercatat 9.008 orang dari 23 kloter, sementara 14 kloter lainnya, dengan total 5.437 jemaah, masih dalam perjalanan. Ini menjadikan hari ketiga pemindahan jemaah sebagai salah satu hari dengan mobilitas tertinggi sejauh ini.
Hingga pukul 14.00 Waktu Arab Saudi (WAS) atau sekitar 18.00 WIB, data Siskohat mencatat total 206 kloter telah tiba di Madinah, atau 39,24 persen dari rencana 525 kloter. Jumlah jemaah yang sudah diterbangkan mencapai 80.107 orang, atau 39,4 persen dari kuota nasional sebesar 203.320.
Yang menjadi sorotan adalah komposisi jemaah lansia yang terus bertambah. Sebanyak 17.350 jemaah berusia lanjut telah tiba—mewakili sekitar 21,66 persen dari total yang sudah berangkat. Ini berarti lebih dari satu dari lima jemaah termasuk dalam kelompok risiko tinggi.
Hari ini saja, hingga pukul 14.00, telah diberangkatkan 13 kloter dengan 4.999 jemaah, termasuk 1.065 lansia.
Sementara itu, jumlah jemaah yang wafat di Tanah Suci telah mencapai 8 orang—terdiri atas 5 laki-laki dan 3 perempuan.
Cuaca Panas dan Kering, Risiko Heat Stroke Meningkat
Berdasarkan data prakiraan dari The Weather Channel, suhu di dua kota suci berada pada titik berbahaya. Makkah misalnya, suhu saat ini 42°C, dengan puncak harian diprediksi mencapai 43°C. Kelembapan sangat rendah, hanya 10 persen, dengan angin 14 km/jam, dan indeks UV 10 dari 11. Level ini sangat berbahaya untuk aktivitas luar ruangan.
Madinah: suhu saat ini 41°C (maksimum harian juga 41°C), kelembapan 6 persen, angin 26 km/jam, dan UV Index 10 dari 11. Udara sangat kering dengan tekanan rendah 1.010 mb, mempercepat risiko dehidrasi dan kelelahan panas.
Paparan sinar matahari pada indeks UV 10 tergolong sangat ekstrem, dengan potensi menyebabkan luka bakar pada kulit dalam waktu 15 menit jika tanpa pelindung.
Kombinasi suhu tinggi, kelembapan rendah, dan pergerakan logistik jemaah membuat heat stroke menjadi ancaman serius, terutama bagi lansia dan jemaah dengan komorbid.
Petugas haji kembali menekankan pentingnya hidrasi, pelindung kepala, dan tidak memaksakan diri berjalan kaki dalam kondisi panas. Penggunaan fasilitas yang disediakan seperti bus Shalawat, lift hotel, dan ruang tunggu ber-AC sangat dianjurkan untuk mengurangi kelelahan. (JP)