Berkontribusi Terhadap Energi, Solihin Jusuf Kalla Jadi Tokoh Inspirasi

  • Bagikan

MAKASSAR, BACAPESAN – Chief Executive Officer (CEO) Kalla, Solihin Jusuf Kalla, menjadi salah satu pembicara di Board Forum Mandiri Group Q1 2025.

Board Forum Mandiri Group Q1 2025 merupakan agenda yang menghadirkan tokoh-tokoh inspirasional untuk membangun wawasan yang terus dapat memperkuat komitmen dalam memberi kontribusi kepada negeri. Dalam kesempatan ini, Solihin memaparkan terkait renewable energy semakin diperkuat hingga 10 tahun ke depan.

“Kalla adalah usaha dari kakek saya, Almarhum Hadji Kalla yang berdiri pada 18 Oktober 1952 yang kini genap berusia 72 tahun. Hal yang membuat kami bertahan tentu dengan values perusahaan yang kuat dan telah diwariskan dengan sangat baik hingga ke saya sebagai generasi ketiga. Nilai tersebut adalah Kerja Ibadah, Apresiasi Pelanggan, Lebih Cepat dan Lebih Baik serta Aktif Bersama,” ucapnya Senin (19/5/2025).

Kalla juga memiliki tujuh ekosistem bisnis yang terdiri atas otomotif, transportasi & logistik, konstruksi, properti, mineral, energy dan edukasi. Dalam beberapa tahun terakhir, KALLA telah mengembangkan bisnis energinya melalui Poso Energy, Malea Hydropower, Mamuju Tumbuan Energy dan Kerinci Merangin Hidro.

“Fokus Bisnis Kalla saat ini renewable energy. Kapasitas PLTA yang telah terpasang sejauh ini ialah PLTA Poso berkapasitas 610 MW, PLTA Malea berkapasitas 100 MW, PLTA Kerinci berkapasitas 480 MW dan PLTA BMS berkapasitas 225 MW. Nah, proyek selanjutnya ialah PLTA Poso 3 berkapasitas 400 MW, PLTA Mamuju Bawah berkapasitas 360 MW dan PLTA Mamuju Atas berkapasitas 90 MW,” tambahnya Solihin.

Ia juga kembali menegaskan komitmen penuh terhadap pemberdayaan potensi lokal Indonesia dalam proyek pengerjaan PLTA yang telah dilakukan Kalla sejauh ini.

“100 persen proyek PLTA kami dikerjakan oleh Tenaga Kerja Lokal dengan sumber pendanaan dari perbankan lokal Indonesia,” imbuh Solihin

Menurutnya, fokus bisnis renewable energy ini tak lepas dari komitmen Kalla terhadap pemenuhan Net Zero Emission pada 2060. “Oleh karena itu, percepatan transisi energi dari energi fosil menuju green energy harus dilakukan demi terwujudnya kemandirian energi, ketahanan energi, pengembangan berkelanjutan, ketahanan iklim dan kondisi rendah karbon,” tandasnya. (Hikma)

  • Bagikan