MAKKAH, BACAPESAN– Cuaca panas ekstrem, kepadatan aktivitas, serta kondisi fisik yang menurun mulai berdampak nyata terhadap kesehatan jemaah haji Indonesia di Tanah Suci.
Hingga Minggu 18 Mei 2025 pukul 16.00 waktu Arab Saudi, data dari Kementerian Kesehatan mencatat bahwa 1.167 jemaah menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), menjadikannya penyakit paling banyak diderita selama operasional haji berlangsung.
Lebih mengkhawatirkan lagi, menurut dr. Mohammad Imran, MKM, Kabid Kesehatan PPIH Arab Saudi, ISPA pada kelompok rentan seperti lansia dan penderita penyakit kronis dapat berkembang menjadi pneumonia atau radang paru yang berat.
“Pneumonia adalah penyakit terbanyak yang menyebabkan jemaah harus dirawat di rumah sakit,” ujar Imron dalam keterangan pers.
Situasi ini diperburuk oleh kondisi cuaca ekstrem. Suhu di Makkah mencapai 42–46 derajat Celcius dengan kelembaban udara di bawah 36 persen. Kombinasi tersebut berdampak langsung pada tubuh jemaah.
“Dehidrasi dan kelelahan menjadi dua faktor utama yang memicu serangan akut penyakit-penyakit kronis,” tegas dr. Imran. Penderita hipertensi mengalami lonjakan tekanan darah, sementara penderita diabetes cenderung mengalami peningkatan kadar gula darah.
Hingga saat ini, tercatat 25.189 kasus kunjungan pengobatan di kloter, dengan tiga besar kasus terbanyak adalah ISPA, hipertensi, dan diabetes.
Sementara itu, 93 jemaah dirawat inap di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), dan 270 lainnya dirawat di rumah sakit Arab Saudi. Di rumah sakit, penyakit paling dominan adalah pneumonia, penyakit paru kronis, dan penyakit jantung koroner.
Tak hanya itu, jumlah jemaah yang wafat juga bertambah. “Sampai 18 Mei, 28 jemaah haji wafat di Tanah Suci,” ungkap dr. Imran. Penyebab utamanya adalah penyakit jantung dan sepsis, yaitu infeksi menyeluruh akibat penurunan daya tahan tubuh.
Menyikapi kondisi tersebut, PPIH mengimbau seluruh jemaah, terutama lansia dan yang memiliki komorbid, untuk tidak memaksakan diri melakukan ibadah berat, termasuk umrah sunnah berulang kali.
Sebaliknya, jemaah dianjurkan lebih banyak beristirahat, menghindari aktivitas fisik pada siang hari (pukul 10.00–16.00 WAS atau sekitar 14.00–20.00 WIB), serta mengutamakan ibadah ringan seperti zikir, membaca Al-Qur’an, atau bersedekah.
“Minum air minimal satu gelas kecil (200 cc) setiap jam, jangan menunggu haus. Gunakan masker, bahkan saat di kamar jika sedang batuk pilek,” imbau dr. Imran.
Bagi jemaah lansia dan komorbid, disarankan menggunakan kursi roda saat tawaf dan sai, serta tidak beraktivitas di luar sendirian tanpa pendampingan dari jemaah yang lebih sehat.
Ia juga meminta jemaah untuk berkonsultasi minimal sekali seminggu dengan dokter kloter dan meminum obat secara teratur.
“Segera hubungi petugas kesehatan bila ada keluhan. Pencegahan lebih baik dari pada mengobati, apalagi menjelang puncak haji di Armuzna,” pungkasnya. (JP)