Undangan Haji Raja Salman 2025:Siapa Mereka?

  • Bagikan

Oleh:Hamdan Juhannis

TIDAK pernah dan tidak berani membayangkan bahwa akan mendapat undangan Raja Salman, menjalankan ibadah Haji tahun ini. Dulu saat mendengar berita dari sayup-sayup bahwa Raja Salman yang bergelar “Khadimul Kharamain” (Penjaga Dua Kota Suci) memiliki program amal berupa undangan melaksanakan ibadah haji, yang saya bayangkan betapa beruntungnya orang itu dan rasa penasaran muncul seperti apa seluk beluk undangan khusus itu.

Tahun ini berkah tak terbayangkan itu hadir. Adalah melalui ikhtiar dari salah seorang Dekan di Fakultas kami, Dr. Rauf Amin, yang menjadi penghubung perlunya ada representasi dari kampus kami untuk menjadi peserta undangan khusus itu. Kebetulan Dr. Rauf bersahabat dengan atase Agama Kedutaan Arab Saudi di Jakarta.

Termasuk juga komunikasi yang dibangun oleh sahabat-sahabat lainnya ketika pihak kedutaan melakukan profiling terhadap orang yang akan masuk dalam list undangan khusus itu.

Pelepasan dilakukan di sebuah hotel di Jakarta, yang dihadiri Bapak Menteri Agama dan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia. Dari situ sudah terlihat gambaran kelompok tokoh yang mendapat undangan khusus ini.

Di sana juga saya mulai melakukan pemetaan kecil-kecilan tentang pengelompokan tokoh yang mendapat undangan.

Pada pelepasan itu saya melihat ada Bapak Muhaimin Iskandar, yang duduk berdampingan dengan Ibu Khafifah Indar Parawansa dan Bapak Andi Sudirman Sulaeman. Setelah pelepasan, saya berbincang dengan Pak Andi Sudirman dan Ibu Khafifah, dua gubernur yang saya kenal baik, dan hanya itu memang gubernur yang mengenal saya.

Mereka jadi peserta undangan khusus Raja. Dari situ saya berkesimpulan, pada undangan ini ada kelompok elit politik, sebutlah seperti itu.

Saya juga disampaikan oleh salah satu organizer acara bahwa yang duduk di meja sana adalah seorang Jenderal bintang tiga, dan satunya adalah Wakapolda DKI, yang saya pasti tahu juga adalah seorang Jenderal. Dari situ saya berpikir di antara rombongan ini ada elit militer atau semacamnya.

Saat saya ikut di belakang Bapak Menteri Agama masuk ke ruang pelepasan, saya melihat beliau menyapa K.H. Cholil Navis, salah satu ulama tersohor di negeri ini yang dikenal dengan ketajaman pikiran dan artikulasinya.

Saya berpikir juga bahwa pada rombongan kami ada kelompok Kyai. Dan itu betul karena setelah berada di Mekah, kami rupanya bersama juga dengan Prof. Uril Baharuddin, ketua Asosiasi Pengajar Bahasa Arab Indonesia (IMLA).

Saat di perjalanan saya terus bertanda tanya, siapa-siapa lagi di antara kami? Di pesawat, ada seseorang peserta yang meminta bertukar tempat duduk dengan saya, karena berbeda tempat duduk dengan isterinya yang kebetulan ikut juga. Saya merelakan tempat duduk saya, apalagi saya lihat pertukarannya sama-sama berada di koridor.

Belakangan saya tahu rupanya, Bapak itu adalah Sekertaris Jenderal Kementrian Desa, Bapak Taufik Madjid. Lalu saya berpikir pada kelompok kami ini ada elit Kementerian. Betul karena akhirnya berkenalan dengan Dirjen Kerjasama Asean Kemenlu, Staf Ahli Kementrian Imigrasi, dan Staf Khusus Kementrian Tenaga Kerja, dan Staf Wamenlu.

Selama dua hari berada di tanah suci, saya juga berkenalan dengan dokter, Dr. Muh. Yamin, Spesialis jantung. Rupanya dari perbincangan kami, beliau pernah menjadi dokter kepresidenan.

Jadi saya berasumsi ini pasti ada kelompok dokter. Betul, karena belakangan saya berkenalan dengan peserta yang berprofesi sebagai dokter spesialis THT.

Masih ada lagi, kelompok saya, sebutlah sebagai kelompok akademisi yang kebetulan mendapat tugas tambahan sebagai Rektor.

Dari awal saya penasaran, siapa di antara Rektor yang mendapat undangan. Rupanya ada tiga dari kami, Rektor ITS, Rektor UNM, dan saya dari UIN Alauddin.

Jadi saya melihat bahwa semangat inklusifitas pada undangan ini sangat bisa terbaca. Itu bagian dari ikhtiar Raja Salman untuk memberi ruang pada siapa yang dipersepsi sebagai repesentasi untuk mendapatkan jalan meraih berkah. Saya bahkan mendengar bukan hanya undangan kepada tokoh, termasuk juga pada siapa saja yang memiliki kontribusi keumatan yang dilatari dengan semangat ketulusan.

Anda pernah membaca berita kan, seorang marbot Masjid mendapat undangan khusus dari Raja Salman.

Sampai di sini dulu, saya masih harus lanjut berpikir, karena dari 40 peserta tampaknya masih ada kelompok signifikan yang belum terbentangkan. (*)

  • Bagikan