BTN Perkuat Transformasi Digital dan Arsitektur Siber

  • Bagikan

JAKARTA, BACAPESAN- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) memperkuat transformasi digital dengan meningkatkan arsitektur dan manajemen risiko siber yang menyeluruh dan berkelanjutan.

Direktur Risk Management BTN Setiyo Wibowo dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu, mengatakan, bank menyadari pentingnya membangun kerangka manajemen risiko digital yang tidak hanya berfokus pada teknologi, tetapi juga pada aspek tata kelola dan manusia.

“Kami tidak hanya menawarkan layanan perbankan secara end-to-end, tetapi juga menyediakan pengalaman digital yang menyeluruh bagi nasabah. Di samping itu, penguatan manajemen risiko juga kami lakukan,” kata Setiyo.

Transformasi digital yang dilakukan BTN, lanjutnya, telah membawa perubahan besar dalam perilaku nasabah perseroan. Hal ini juga menuntut BTN untuk meningkatkan ketahanan terhadap risiko digital, termasuk ancaman siber, risiko pihak ketiga, dan potensi penyalahgunaan kecerdasan buatan (AI).

“Digital risk bukan hanya isu teknologi informasi, tapi risiko perusahaan secara keseluruhan,” lanjut Setiyo.

Dalam konteks ini, BTN mengembangkan kerangka kerja manajemen risiko digital yang mencakup penguatan pada empat aspek utama, yaitu kebijakan dan proses, data dan teknologi, organisasi dan tata kelola, serta peningkatan kapabilitas SDM.

Bank juga menerapkan berbagai teknologi untuk mendeteksi dan mencegah risiko siber, seperti fraud detection system, digital verification, cyber threat intelligence, hingga SIEM untuk memantau trafik jaringan secara real-time.

BTN pun mendorong peningkatan literasi digital bagi karyawan dan nasabah sebagai bagian dari strategi mitigasi risiko. Edukasi dilakukan melalui sesi bersama pakar, pelatihan daring (e-learning), hingga pengujian dengan simulasi tautan phising.

Setiyo menambahkan, bank telah mulai mengadopsi AI untuk efisiensi operasional, seperti di Loan Factory yang mampu mengurangi hingga 80 persen kebutuhan tenaga kerja operasional tanpa mengorbankan akurasi dan nilai tambah.

“AI membantu kami meningkatkan efisiensi, namun kami tetap menjaga peran manusia dalam pengambilan keputusan yang bernilai,” ujar dia.

Dalam perjalanannya, BTN terus menyesuaikan kebijakan, membangun budaya digital, dan memperkuat arsitektur risiko agar sejalan dengan perkembangan teknologi dan regulasi, termasuk ketentuan dari OJK melalui POJK 29/2022 tentang keamanan siber dan POJK 11/2022 tentang penyelenggaraan teknologi informasi oleh bank umum.

“Dengan pendekatan holistik ini, BTN optimis dapat menjaga keberlanjutan transformasi digitalnya sekaligus membangun kepercayaan nasabah dan publik terhadap keamanan sistem perbankan digital,” tutur Setiyo. (AN)

  • Bagikan