TAKALAR, BACAPESAN – Persaingan menuju Musyawarah Cabang (Muscab) Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) Kabupaten Takalar periode 2025–2030 makin panas.
Jika sebelumnya dua figur kuat dari wilayah Galesong Raya mendominasi bursa pencalonan, kini hadir kejutan baru yakni Suardi Daeng Roa, Kepala Desa Patani dari Kecamatan Mappakasunggu, resmi menyatakan siap bertarung.
Langkah Suardi tak hanya memperlebar peta kompetisi, tapi juga menyulut dinamika politik baru dalam tubuh Apdesi Takalar. Dengan menyatakan kesiapan maju, Suardi menantang dominasi dua kandidat dari Galesong, yakni Abdul Asis Daeng Nyampa (Kades Tamasaju) dan Syamsualam (Kades Tarowang).
“Pertarungan ini adalah momentum. Kami datang bukan hanya untuk bersaing, tapi untuk membawa suara dan harapan banyak kepala desa yang menginginkan perubahan nyata,” tegas Suardi.
Ia mengklaim telah mengantongi dukungan dari puluhan kepala desa lintas kecamatan. “Kami sudah identifikasi kekuatan. Banyak sahabat kepala desa mendorong saya maju karena mereka ingin keterwakilan yang kuat di Apdesi,” tambahnya.
Sebelumnya, nama Abdul Asis Daeng Nyampa nyaris tak terbendung. Dengan dukungan lebih dari 30 kepala desa se-Galesong Raya, ia disebut sebagai kandidat terkuat. Namun situasi berubah ketika Syamsualam, yang juga menjabat Ketua Pemuda Muhammadiyah Takalar, menyatakan akan maju melawan Abdul Asis.
Syamsualam menyampaikan bahwa pencalonannya bukan soal ambisi pribadi. “Ini tentang memperjuangkan hak dan aspirasi kepala desa, bukan sekadar kursi,” ujarnya. Ia juga mengklaim mendapat sokongan dari berbagai wilayah, termasuk daerah kepulauan seperti Tanakeke.
Keduanya kini menjadi simbol kekuatan politik dari kawasan pesisir Galesong Raya. Namun, masuknya Suardi Daeng Roa dari luar Galesong mulai mengubah lanskap pertarungan. Ia membawa warna baru sekaligus menjanjikan pendekatan yang lebih merangkul seluruh wilayah Takalar.
Lebih dari sekadar kompetisi jabatan, pemilihan Ketua Apdesi kali ini menunjukkan meningkatnya kesadaran para kepala desa akan pentingnya kepemimpinan yang inklusif dan berorientasi pada pembangunan desa.
Tokoh senior Kepala Desa, Darwis alias Tetta Nawang, mengingatkan bahwa jabatan ini bukan tempat pamer kekuasaan. “Kita butuh pemimpin yang tahu persoalan desa dari dalam, bukan hanya populer atau punya banyak pendukung,” ujarnya.
Yang pasti, pemilihan ini bukan hanya soal menang dan kalah, tapi soal siapa yang paling layak memimpin puluhan kepala desa menuju masa depan yang lebih kuat dan sejahtera, tutup Darwis yang akrba dipanggil Tetta Nawang.
Selain tiga nama besar, muncul juga kandidat lain seperti Parawangsa (Kades Kale Ko’mara), dan Muhammad Aksin Suarso (Kades Bontokassi), yang menunjukkan bahwa kompetisi akan berlangsung ketat dan dinamis. (Tiro)