Festival Budaya Menjaga Kampung Nenek

  • Bagikan

PAREPARE, BACAPESAN COM – Ativitas budaya tahun ini kembali digelar oleh Tri Astoto Kodarie, setelah tahun lalu melaksanakan Seminar Kebudayaan dan dokumentasi ritual Maddoja Bine. Gelaran budaya tahun ini direncanakan diadakan di Watang Bacukiki, Kecamatan Bacukiki, Kota Parepare. Kegiatan budaya tahun ini mengusung tema “Dengan Festival Budaya Bacukiki Membangun Penguatan Tradisi Budaya, Kearifan Lokal dan Ekologi Lingkungannya” dan Sub Tema: “Menjaga Kampung Nenek”. Festival dan Tudang Sipulung yang difasilitasi oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX Sulawesi Selatan dan Tenggara ini rencananya digelar pada tanggal 25 – 26 Juli 2025.

“Tantangan utama adalah menjaga identitas budaya lokal di tengah arus globalisasi. Namun, dengan memanfaatkan teknologi dan menjalin kolaborasi, budaya dapat terus hidup dan berkembang. Peran generasi muda sangat penting dalam pelestarian dan pengembangan budaya, sehingga mereka harus didorong untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan budaya. Dalam konteks ini, peran fasilitasi pemajuan kebudayaan menjadi sangat penting dalam memastikan tradisi yang merupakan warisan budaya tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan diapresiasi oleh masyarakat umum”, ungkap seniman dan sastrawan Parepare ini.

Tri juga mengatakan, prosesi permainan ma’longga, misalnya merupakan bagian dari budaya Bugis dan Sulawesi Selatan, yang sering dimainkan dalam upacara adat atau perayaan tertentu. Ma’longga bukan hanya permainan, tetapi juga sebuah representasi budaya, filosofi, dan nilai-nilai yang dipegang teguh oleh masyarakat Bugis. Demikian pula dengan permainan tradisional ma’dende yang melatih ketangkasan dan kemampuan motorik anak-anak. Filosofi di balik permainan ini adalah untuk memberikan hiburan, menjaga keseimbangan, dan mengajarkan anak-anak tentang kerja sama dan interaksi sosial.

Banyak harapan-harapan untuk menjaga warisan budaya leluhur yang menjadi pijakan norma-norma yang ada di masyarakat. “Kegiatan kebudayaan yang akan dilaksanakan diharapkan memberikan dampak penghayatan jati diri bangsa, harmoni sosial di lingkungan masyarakat lokal, dan menjadi bagian kemanfaatan dari kehidupan lingkungan masyarakat yang arif, berpijak pada norma-norma, serta rasa kebersamaan dalam melestarikan dan mendorong pelestarian potensi budaya lokal”, ungkap Tri Astoto Kodarie sambil menambahkan bahwa sudah saatnya bagi Pemerintah Kota Parepare untuk mempetakan wilayah pengembangan berbagai aktivitas masyarakat, seperti Parepare bagian bawah menjadi sentra-sentra kemajuan UMKM dan kegiatan ekonomi, sedangkan Parepare bagian atas dapat dikembangkan menjadi wilayah pelestarian kebudayaan, agrowisata, ecowisata, desa wisata, dan sebagainya. (*)

.

  • Bagikan