Per Juni 2025, Realisasi Penerimaan Negara Capai 95,26 Triliun Rupiah

  • Bagikan

JAKARTA, BACAPESAN– Kepala SKK Migas Djoko Siswanto menyampaikan, realisasi penerimaan negara dari sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) mencapai 5,88 miliar dolar AS atau sekitar Rp95,26 triliun per Juni atau semester I 2025.

“Target (penerimaan negara) 2025 itu 13,03 miliar dolar AS (Rp211,09 triliun), realisasi sampai dengan Juni 5,88 miliar dolar AS atau 45,1 persen (dari target),” ucap Djoko dalam paparan capaian kinerja SKK Migas di Jakarta, Senin.

Dia menjelaskan bahwa realisasi penerimaan negara baru mencapai 45,1 persen dari target yang termaktub di APBN 2025, sebab realisasi harga patokan minyak mentah Indonesia (ICP) lebih rendah apabila dibandingkan dengan asumsi ICP yang termaktub di APBN 2025.

“Harga minyak di dalam APBN itu 82 dolar AS per barel, sedangkan realisasinya rata-rata di bawah. Hanya 70–69 dolar AS per barel,” kata Djoko.

Perbedaan asumsi harga minyak dengan realisasi harga minyak juga mempengaruhi outlook penerimaan negara pada Desember 2025, yakni sebesar 10,83 miliar dolar AS (Rp175,45 triliun), atau sebesar 83,1 persen dari target penerimaan negara di APBN 2025.

“Ini harga minyaknya yang rendah meskipun produksi kita bisa mencapai target,” ucap dia.

Adapun realisasi produksi minyak per Juni 2025 sebesar 579,3 ribu barel per hari (bph), atau sebesar 95,8 persen dari target APBN sebesar 605 ribu bph.

Lebih lanjut, realisasi investasi di sektor hulu migas pada Juni 2025 sebesar 7,19 miliar dolar AS (Rp116,63 triliun) atau sebesar 43,6 persen dari target APBN 2025 sebesar 16,5 miliar dolar AS (Rp267,3 triliun).

“Outlook-nya mudah-mudahan bisa tercapai sesuai dengan target 2025 atau bahkan lebih bisa mencapai 16,9 miliar dolar AS (Rp273,78 triliun) kalau tidak delay proyek-proyek kita,” kata Djoko.

Untuk cost recovery, dia menyampaikan, realisasi per Juni 2025 mencapai 4,48 miliar dolar AS (Rp72,58 triliun) atau sebesar 52,7 persen dari target APBN 2025 sebesar 8,5 miliar dolar AS (Rp137,7 triliun).

“Itu sudah mencapai semester I, itu 52,7 persen. Outlook-nya lebih rendah dari target atau sekitar 96,5 persen atau 8,2 miliar dolar AS (Rp132,84 triliun),” kata Djoko. (AN)

  • Bagikan

Exit mobile version