Akuarev Dorong Transformasi Tambak Udang Tradisional Jadi Modern dan Ramah Lingkungan

  • Bagikan

MAKASSAR, BACAPESAN – Perusahaan sosial berbasis teknologi, Akuarev, mengajak para petambak udang di Sulawesi Selatan dan wilayah lainnya untuk meningkatkan produktivitas melalui transformasi sistem budidaya yang lebih modern, adil, dan ramah lingkungan.

Saat ini, lebih dari 82 persen tambak udang di Indonesia, termasuk di Sulsel, masih bersifat ekstensif dan mengandalkan metode tradisional. Akibatnya, produktivitas rendah serta dampak negatif terhadap lingkungan seperti degradasi ekosistem, pembabatan mangrove, penurunan kualitas air, dan limbah yang tidak terkelola menjadi tantangan besar.

Head of Partnerships Akuarev, Retno Nuraini, menjelaskan bahwa banyak petambak kecil kesulitan mengakses teknologi, pelatihan, maupun praktik budidaya berkelanjutan.

“Akuarev hadir dengan pendekatan terintegrasi yang mencakup renovasi tambak, pendampingan teknis langsung, serta sistem pemantauan digital dan pelacakan hasil panen yang transparan. Kami bekerja sama dengan Koltiva, perusahaan teknologi agrikultur yang berpengalaman dalam membangun sistem rantai pasok berbasis data,” ujarnya, Jumat (25/7/2025).

Model yang ditawarkan Akuarev berbasis komunitas, di mana kelompok petambak didampingi melalui sistem klaster dengan mekanisme pembagian risiko. Pendekatan kolektif ini tak hanya meningkatkan peluang panen sukses, tetapi juga memperkuat solidaritas dan tata kelola usaha yang lebih inklusif.

“Keberhasilan tambak tidak hanya diukur dari hasil panen, tapi juga dari kemandirian petambak, kelestarian lingkungan, serta kekuatan ekonomi komunitas lokal yang berkelanjutan,” tambah Retno.

Salah satu petambak asal Sulsel, H. Siala, bersama putranya Muchtar, membuktikan efektivitas metode yang ditawarkan Akuarev. Melalui kemitraan ini, tambak mereka di Pasangkayu telah memasuki siklus panen pertama dengan hasil menjanjikan.

“Sejak April 2025, kami sudah melakukan panen parsial lima kali dengan rata-rata produktivitas 38,5 ton per hektare. Hingga akhir Juli, tambak kami diproyeksikan menghasilkan lebih dari 43 ton udang,” ungkap Muchtar.

Tak hanya dari sisi produksi, kemitraan dengan Akuarev juga memberikan dampak positif dari sisi pemasaran. Petambak kini tak lagi kesulitan mencari pembeli saat panen, karena kualitas udang yang tinggi membuat harga jual menjadi lebih kompetitif.

Dengan pendekatan berkelanjutan yang mengedepankan teknologi dan kolaborasi, Akuarev diharapkan mampu mendorong perubahan nyata di sektor perikanan budidaya, khususnya bagi petambak kecil di Indonesia. (Hikma)

  • Bagikan