WAJO, BACAPESAN – Sekolah Rakyat Terintegrasi 19 di Kabupaten Wajo saat ini mengalami kekurangan lima tenaga pendidik. Hal ini terjadi setelah empat orang guru mengundurkan diri jelang tahun ajaran baru.
Kepala Sekolah Rakyat Terintegrasi 19 Wajo, Asri, mengungkapkan bahwa kekosongan guru disebabkan oleh beberapa alasan, di antaranya karena lokasi sekolah yang jauh dari domisili para guru dan tidak adanya izin dari orang tua.
“Benar, ada empat guru yang mengundurkan diri. Alasannya karena lokasi sekolah terlalu jauh dari tempat tinggal mereka, dan tidak mendapat izin dari orang tua,” kata Asri, Kamis (7/8/2025).
Ia menjelaskan, total kebutuhan guru di sekolah tersebut adalah 20 orang. Namun, yang lolos seleksi hanya 19. Dari jumlah itu, empat mengundurkan diri dan satu posisi belum terisi sejak awal, sehingga saat ini sekolah kekurangan lima guru.
“Guru pertama yang mundur adalah pengajar Pendidikan Agama Islam (PAI), kemudian disusul tiga lainnya, yaitu guru Bimbingan Konseling (BK), Ekonomi, dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),” ungkapnya.
Asri menambahkan, sebagian besar guru yang mundur berasal dari Pulau Jawa, dan kendala utama mereka adalah jarak dan akses ke lokasi sekolah.
“Untuk pengganti sudah kami ajukan ke Kementerian Sosial (Kemensos) dan semua data sudah kami kirimkan. Mekanisme penggantiannya sepenuhnya menjadi kewenangan Kemensos. Harapan kami, kekosongan ini bisa segera terisi,” tuturnya.
Sekolah Rakyat Terintegrasi 19 Wajo direncanakan mulai beroperasi pada 15 Agustus 2025 mendatang, bertepatan dengan acara launching. Setelah peluncuran, sekolah tidak langsung memulai proses belajar mengajar, melainkan menggelar Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) selama dua pekan.
“Karena sistemnya berasrama, jadi orientasi juga cukup panjang agar siswa bisa beradaptasi,” jelas Asri.
Ia menambahkan, saat ini terdapat empat rombongan belajar (rombel) di sekolah tersebut, terdiri dari dua rombel tingkat SMP dan dua rombel tingkat SMA, dengan total siswa mencapai 100 orang. (AR)