Pelaut Makassar yang Disandera di Yaman

  • Bagikan

MAKASSAR, BACAPESAN.COM – Mata Sri Rahayu, 30 tahun, masih berkaca-kaca. Sesekali ia mengusapnya dengan sehelai tisu. Berharap, tak ada tetesan air mata yang jatuh ke pipinya.

Sembari menggendong dan menenangkan putra kecilnya, Azura Yara (2), Sri bercerita. Hatinya tengah diliputi kegundahan menanti kabar suami tercinta, Surya Hidayat Pratama.

Surya merupakan salah seorang kru kapal kargo Rwabee milik Uni Emirat Arab (UAE) yang disandera kelompok pemberontak Houthi, di Yaman. Penyanderaan itu dialami Surya bersama 10 kru kapal lainnya.

Sri bercerita suaminya disandera milisi Houthi pada 4 Januari 2022. Sebelum peristiwa itu terjadi, Sri hanya memperoleh pesan singkat dari suaminya berupa ucapan salam. Setelah itu, ia putus kontak.

“Chatting terakhirnya hanya ucapan ‘assalamulaikum’. Chat seperti biasa saat dia ingatkan saya untuk salat Subuh. Itu dikirimkan tanggal 3, dan setelah itu lost contact,” ungkap Sri saat ditemui di rumahnya, Jalan Cendrawasih, Kecamatan Mariso, Senin (10/1/2022).

Sejak pesan singkat itu dia terima, firasat Sri mulai tak enak. Ia merasa aneh dengan pesan tersebut. Alasannya, ia selalu menerima pesan yang cukup panjang dari suaminya. Kegundahan hati Sri berlanjut. Instingnya sebagai istri mendorongnya untuk mencari tahu sendiri keberadaan suaminya.

Malam hari usai menerima pesan itu, Sri berinisiatif mencari informasi tentang kapal suaminya. Hasilnya, ia menemukan satu artikel dari media asing yang memuat pemberitaan tentang kapal suaminya yang disandera pemberontak. Rasa panik dan khawatir langsung menyerang Sri.

“Saya lihat ada foto kapal suami saya di berita itu, dan saya langsung yakin seratus persen bahwa itu kapal suami saya. Saya kemudian coba tunggu beberapa jam untuk menyesuaikan waktu di sana, lalu saya konfirmasi ke kantornya, dan berita itu dibenarkan,” jelas Sri.

Tak berselang lama, Sri mendapatkan kabar bahwa suaminya sudah dalam kondisi aman. Meski begitu, sebagai seorang istri, dirinya tetap gelisah jika tak mendengar langsung suara sang suami.

“Tetap saja saya masih panik karena saya belum dengar suara suami saya. Saya minta mana foto suami saya, mana rekaman suaranya kalau memang suami saya baik-baik saja,” ucapnya.

Barulah Sri merasa lega saat mendapat kabar dari suaminya langsung pada tanggal 8 Januari malam. Melalui sambungan telepon, Surya mengabarkan bahwa dirinya dalam kondisi baik-baik saja, dan sudah dibawa ke penginapan.

“Dia kabarkan makannya tidurnya bagaimana. Alhamdulillah semua bagus. Tidak ada kontak fisik sama sekali karena pihak sana juga bilang tidak bermasalah dengan kru. Yang bermasalah adalah kapal dan kargonya,” jelasnya.

Surya merupakan alumni Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Makassar angkatan 26. Surya mulai berlayar sejak tahun 2010, namun baru di tahun 2014 ia berlayar di Uni Emirat Arab.

Dengan nada suara bergetar, wanita asal Jawa Barat itu bercerita tentang sosok Surya, pria yang sudah enam tahun dinikahinya. Di mata Sri, Surya adalah pria yang sangat penyayang dan bertanggung jawab.

Surya tak pernah sekalipun melewatkan momen untuk mengabari Sri tentang apapun aktivitasnya. Bahkan ketika ada riak-riak kecil dalam rumah tangganya, dia tetap memberi kabar. Memastikan bahwa dirinya baik-baik saja sehingga keluarganya tidak khawatir.

“Jika memang masih ada sinyal, dari pagi sampai tengah malam dia selalu video call. Di waktu senggangnya itu selalu berusaha menghubungi saya. Makan atau apapun yang dikerjakan, dia selalu bilang,” kisah Sri.

Saat cuti, putra sulung dari tiga bersaudara itu banyak menghabiskan waktu bercengkerama bersama orang tua, adik, istri, serta anaknya. Dia juga menyukai suasana pedesaan. Sehingga tak jarang, ia kerap memboyong keluarganya ke kampung halaman orang tuanya di Pangkep untuk berlibur.

“Dia suka suasana pedesaan yang tenang, kadang di sana juga dia mancing di empang,” ucap Sri sembari menahan air tangis.

Setiap hari, rasa rindunya kepada sang suami makin menggebu. Terkadang, tangisnya kembali pecah saat putranya ingin berkomunikasi dengan sang ayah.

“Saya kadang sedih, karena saking seringnya suami saya menelepon, setiap kali handphone saya berdering, anak saya selalu bilang “ayah..ayah”. Jadi saya kasih tahu bahwa itu bukan ayahnya,” beber Sri.

Kesedihan dan kegelisahan tak hanya dirasakan Sri. Haerana, ibu kandung dari Surya juga sangat berharap putranya bisa segera pulang.

Dengan suara yang sedikit tercekat, Haerana mengisahkan Surya kecil yang sangat ramah dan periang. Putra yang ia lahirkan pada 25 Februari 1986 silam itu sangat mudah bergaul dengan siapapun. Ia juga tak segan berbagi rezeki kepada sesama.

“Dia sangat baik, mau berteman dengan siapa saja. Bahkan pengayuh becak pun dia temani bergaul, kalau ada rezeki, pasti dibagi,” kenang Haerana.

Sejak kecil, Surya memang sudah bercita-cita menjadi seorang pelaut. Hal itu tak lepas dari keluarga besar ayahnya, Ambo Sakka, yang sebagian besar adalah pelaut.

Foto putranya kini tak pernah lepas dari pandangannya. Dia hanya bisa berdoa dan mengharap kuasa Tuhan agar anaknya bisa segera kembali ke pelukan keluarga.

“Surya, ayo pulang, Nak. Ini mau hujan, nanti bajumu basah,” gumam Haerana.

Saat ini, Kementerian Luar Negeri dan pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia tengah mengurus proses kepulangan Surya ke tanah air. (*)

  • Bagikan