Kian Tua Makin Bikin Kaya Raya

  • Bagikan

MAKASSAR, BACAPESAN.COM — Vespa bukan sekadar tunggangan di jalan raya. Bagi sebagian orang Vespa telah menjelma menjadi gaya hidup. Belakangan, skuter ini berwujud investasi. Harganya terus melambung tinggi di tengah-tengah lesunya bisnis otomotif.

Hadir dengan tampilan unik dan klasik membuat para pencinta skuter produk Piaggio terus tumbuh subur di Indonesia, termasuk di Makassar. Pencinta Vespa tak kenal usia. Mulai dari remaja sampai yang sudah lanjut usia, masih gemar mengoleksi motor ini.

Maraknya peminat brand asal Italia ini, turut diiringi harganya yang terus naik. Tak main-main, beberapa jenis Vespa yang sudah terbilang langka saat ini harganya begitu fantastis.

Kenaikan harga Vespa itu dirasakan langsung oleh salah satu penggiat Vespa di Makassar, Fikri. Dia menceritakan, sekitar 2012, dia membeli salah satu Vespa jenis Sprint Veloce atau dikenal Sprint Bagol dikisaran harga Rp3 jutaan.

Lima tahun kemudian, Vespa miliknya ditawar oleh salah satu temannya asal pulau Jawa dengan harga Rp20 juta. Hanya saja Vespa Sprint Bagol itu merupakan kesayangannya sehingga tidak dijual.

“Harga Vespa itu terasa sekali empat tiga tahun belakangan ini. Vespa yang telah saya restorasi ditawar seorang pengusaha Rp50 juta. Tapi saya tidak lepas,” ujar Fikri.

Menurut Fikri, harga Vespa memang tak ada patokan seperti motor pada umumnya. Sebab motor skuter ini memiliki pasaran tersendiri.

Harga motor Vespa dinilai berdasarkan dari tahun pembuatannya, orisinalitasnya, kualitas bodinya masih layak pakai atau tidak, termasuk pada kelengkapan surat-suratnya.

“Paling mahal kalau masih lengkap surat-suratnya. Karena simpan surat-surat motor itukan tidak mudah. Disitu kadang ukuran nilainya,” sebut dia.

Di Indonesia, ada dua jenis Vespa yang dibanderol dengan harga fantastis. Vespa Grand Sport (GS) dan Super Sprint (SS). Vespa GS harganya saat ini mendekati Rp1 miliar. Sementara Super Sprint 90 atau yang lebih dikenal dengan sebutan SS90 itu pasarannya di kisaran Rp500 jutaan. Apalagi produksi unitnya yang diperkirakan hanya sekitar 5.000-an saja kala itu.

“Harganya bikin heran memang tapi menurut saya itu wajar. Contoh SS90 di Makassar ini hanya berapa unit saja. Bisa di hitung jari yang punya,” kata alumni Fakultas Hukum Unhas ini.

Bukan hanya itu, beberapa tipe lain yang pada tahun 2010-an ke bawah hanya dijual ratusan ribu kini sudah puluhan juta. Sebut saja Vespa tipe PX dan Exclusive 2 yang dulunya dijual kisaran Rp8 ratus ribu hingga Rp3 jutaan kini di pasaran Rp10 hingga Rp20 jutaan.

Belum lagi Vespa seri VBB tahun 1962 an kini pasarannya di atas Rp50 jutaan. Termasuk Vespa PTS 100 dan PTS 90 yang kini di buruh banyak kolektor harganya di kisaran Rp45 jutaan ke atas.

“Jadi koleksi Vespa itu ibarat emas, nilai ekonomisnya begitu tinggi,” cetusnya.

Fikri yang sejak dari kecil sudah diperkenalkan orang tuanya pada Vespa meyebut kenaikan harga itu bukan hanya pada unit motornya saja tapi juga pada spare partnya. Termasuk pada aksesorinya seperti baju, jaket hingga helm.

“Makanya wajar saja kalau banyak teman-teman yang bisnis jual beli Vespa. Termasuk juga yang saat ini banyak itu jual aksesoris. Memang sangat menguntungkan,” ucapnya.

Pria kelahiran 1985 ini menyebut dalam dunia Vespa sendiri memiliki banyak tipe. Apalagi di Indonesia yang dikenal sebagai salah satu basis komunitas Vespa terbesar di dunia memiliki banyak aliran.

Mulai dari pencinta orisinal, modifikasi ekstrim (Vespa Gembel), hingga stylish. Sehingga pasaran Vespa sendiri dipengaruhi oleh masing-masing pencintanya.

Kalau untuk Fikri sendiri mengaku lebih pada penyuka Vespa stylish atau yang tetap mempertahankan orisinalitas tapi juga lebih pada kenyamanan.

“Saya suka Vespa yang kelihatan bersih. Jadi biar tua tapi tetap kinclong. Saya beli alat-alat Vespa yang lumayan mahal bukan berarti untuk gaya-gayaan tapi lebih pada kenyamanan. Dan saya yakin teman-teman seperti saya juga punya sudut pandang yang sama,” sebutnya.

Fikri mengaku sempat mengoleksi tujuh unit Vespa. Namun saat ini hanya tersisa dua unit saja. Beberapa unit Vespanya dijual sebab waktunya untuk merawat sudah tidak ada lagi.

Bagi dia, dua unit Vespa itu dipertahankan sebab nilai historinya yang begitu melekat.

“Sisa dua karena sibukmi juga kerja. Jadi sisa itu Vespa Sprint dengan ada PX punyanya bapak yang saya restorasi,” kata anggota komunitas Vespa Lingu itu.

Ke depan dia berharap Vespa yang dulunya dinilai sebagai kendaraan tua yang tak punya nilai terus digemari orang. Nilai solidaritas pencinta mesin kanan itu juga diharap bisa lebih kuat lagi. Saling tegur sapa di jalan tetap di rawat.

“Nilai persaudaraan perlahan mulai luntur. Ini yang jadi memprihatinkan. Makanya saya berharap kultur yang sejak dari dulu terbangun itu kembali di besarkan,” imbuh dia. (*)

  • Bagikan