Minyak Goreng Masih Hilang

  • Bagikan

MAKASSAR, BACAPESAN.COM – Berbagai jurus telah diambil untuk memastikan ketersediaan minyak goreng di pasaran. Faktanya, masyarakat masih mengeluhkan stok minyak goreng yang masih menghilang. Meski ada, tapi jumlahnya sedikit. Pun, belum satu harga.

Kelangkaan minyak goreng terjadi sejak pemerintah resmi menerapkan harga eceran tertinggi (HET) untuk minyak goreng kemasan premium sebesar Rp14.000 per liter, dua pekan lalu.

Rakyat Sulsel melakukan pemantauan di sejumlah gerai ritel modern di kawasan Kecamatan Panakkukang dan Kecamatan Bontoala. Hasilnya, tidak ada satupun yang menyediakan stok minyak goreng.

“Minyak goreng kosong,” ucap salah seorang pegawai minimarket di kawasan Jalan Boulevard, Panakkukang, Rabu (2/2/2022).

Jawaban yang sama juga diperoleh saat menyambangi minimarket di Jalan Kandea, Kecamatan Bontoala. Pegawai minimarket mengaku sudah tiga hari belakangan stok dari distributor belum masuk.

“Kami belum tahu kapan lagi stok datang. Kalau ada, biasanya langsung habis karena memang banyak sekali yang cari,” ucapnya.

Asni (42), seorang ibu rumah tangga yang ditemui di minimarket tersebut mengaku sudah mendatangi 4 minimarket lain untuk membeli minyak goreng. Namun, satupun tak ada yang menjual. Dia mengaku telah mendatangi beberapa minimarket, tapi stok tidak ada.

Kondisi serupa tak jauh berbeda terjadi di pasar tradisional. Di Pasar Terong, misalnya, stok minyak goreng kemasan dengan HET sulit dijumpai.

Meski stok tak banyak, stok minyak goreng kemasan yang ada masih dijual dengan harga tinggi di kisaran Rp20.000-Rp22.000.

Seorang pedagang di Pasar tradisional Terong yang tak ingin disebutkan namanya mengaku enggan menurunkan harga sesuai HET yang ditetapkan. Alasanya, dia mengambil stok dari distributor dengan harga cukup tinggi sebelum adanya aturan HET.

“Jadi lebih baik saya tahan harganya begini. Kalau laku, alhamdulillah. Kalau tidak, apa boleh buat. Daripada turun harga lebih rugi lagi,” katanya.

Humas Perusahaan Daerah Pasar Makassar Raya, Idris mengaku, stok minyak goreng kemasan di sejumlah pasar tradisional memang minim. Bahkan ada yang kosong sama sekali.

“Di Pasar Pettarani itu yang di Panakkukang bahkan kosong stoknya,” kata Idris.

Sementara itu, minyak goreng curah yang HET-nya juga telah ditetapkan sebesar Rp11.500 per liter sejak 1 Februari 2022, kata Idris, juga masih sulit dijumpai. Rata-rata, pedagang masih menjual dengan harga Rp17.000 hingga Rp19.000.

“Di pasar tradisional itu mata rantai pengambilan barangnya berbeda-beda. Makanya yang terlanjur mengambil barang dengan harga tinggi dari distributor kemarin, tiba-tiba diminta turunkan harga sesuai HET, itu mereka bingung,” beber Idris.

Kepala Dinas Perdagangan Kota Makassar, Arlin Ariesta menjelaskan, pihaknya sudah melakukan pemantauan bersama satuan tugas (Satgas) pangan Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Selatan. Hanya saja, kata dia, memang pasokan minyak goreng di tingkat distributor yang terbatas.

“Kami sudah melakukan pemantauan bersama Satgas Pangan Polda, di distributor itu memang sementara menunggu pasokan dari produsen,” ungkap Arlin.

Arlin mengatakan, pihak distributor sudah melakukan pra pesan atau pre order kepada produsen, namun pasokan minyak goreng memang dikirim secara bertahap.

Sementara di tingkat konsumen, permintaan sangat tinggi bahkan terjadi kecenderungan panic buying.

“Sebenarnya stok tidak kurang. Pengiriman stok berjalan terus. Karena pola konsumsi masyarakat juga membeli dalam jumlah banyak, jadi yang terdistribusi selama ini cepat habis,” ujarnya. (*)

  • Bagikan