IAS-Ulla Dipanggil ke Jakarta

  • Bagikan

MAKASSAR, BACAPESAN.COM – Penentuan ketua Partai Demokrat Sulawesi Selatan masih berjalan alot. Dua kandidat, Ilham Arief Sirajuddin dan Ni’matullah akan dipanggil ke Jakarta untuk duduk satu meja.

Momentum kedatangan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ke Makassar dalam dua hari ini, tidak disertai dengan pengumuman ketua Demokrat Sulsel. Pengurus Pusat Demokrat masih tarik ulur apakah memilih IAS atau melanjutkan kepemimpinan Ulla.

“Saat ini kami sudah memiliki kriteria siapa yang akan memimpin Partai Demokrat Sulsel,” kata AHY seusai membawakan kuliah umum di Universitas Negeri Makassar (UNM), Rabu (16/2/2022).

AHY menolak menyebut kandidat yang akan dipilih. “Yang jelas kami punya standar dan mengikuti anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai,” sambung dia.

Menurut dia, pada uji kelayakan dan kepatutan dua kandidat, pihaknya sudah melihat figur yang layak memimpin Demokrat Sulsel dalam lima tahun ke depan. Menurut dia, tahapan pemilihan ketua Demokrat Sulsel sudah selesai digelar. “Nanti pasti akan diputuskan,” singkatnya.

Secara garis besar, AHY menjelaskan, ketua Demokrat Sulsel adalah figur yang bisa membesarkan partai dan menjadikan Demokrat sebagai pemenang di setiap pesta demokrasi.

“Kami ingin mencari pemimpin-pemimpin ke depan yang memiliki kapasitas, integritas, dan upaya memajukan partai dengan sebaik-baiknya,” ujar AHY.

Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Teuku Riefky Harsya membeberkan, Tim Tiga akan memanggil IAS dan Ulla ke Jakarta, sebelum memutuskan nama yang dipilih. “Mungkin dua minggu ke depan,” ujarnya.

Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat, Andi Alfian Mallarangeng, turut menyinggung pemilihan ketua Demokrat Sulsel. Dia berharap, figur yang terpilih kelak, mampu mengembalikan kejayaan partai ini di Sulsel.

Figur terpilih, kata dia, harus punya kemampuan dan kapasitas untuk membawa Demokrat bangkit dan berjaya.

“Tentu yang akan diputuskan sebagai ketua adalah yang punya kemampuan mengembalikan kejayaan Demokrat di Sulsel. Soal pengumuman ketua terpilih, Insyaallah tidak lama lagi,” imbuh Mallarangeng, saat ditemui kemarin.

Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga era Presiden Susilo Bambang Yudhyono itu mengatakan di zaman SBY menjabat ketua umum, Sulsel adalah lumbung suara Demokrat di bagian timur.

Mallarangeng juga memuji antusiasme kader Demokrat Sulsel menyambut kedatangan AHY di Makassar, meski datang dalam kapasitas bukan sebagai ketua umum partai.

“Ada rasa bangga dan bahagia mereka sebagai kader Demokrat. Itu modal modal untuk bisa bangkit kembali. Itu menjadi pertanda kembalinya kejayaan itu mulai terlihat,” imbuh dia.

Kemeriahan penyambutan AHY memang terlihat sehari sebelum putra sulung SBY itu mendarat di Makassar. Ribuan bendera partai berlambang Mercy terpajang di jalan-jalan protokol. Baliho dari ukuran kecil hingga raksasa juga terpasang di titik-titik strategis mulai dari bandara, hingga ke wilayah Pantai Losari.

“Bendera yang tersebar itu adalah simbol sekaligus pertanda, bahwa Insyaallah Demokrat akan kembali berjaya di Sulsel. Nah, sepertinya tanda-tanda kembalinya kejayaan itu mulai terlihat,” ujar doktor bidang politik dari Northern Illinois University (NIU) Dekalb, Illinois, Amerika Serikat itu.

Mallarangeng menambahkan meriahnya sambutan serta antusias dan bahagianya kader menyambut AHY merupakan modal penting untuk mengembalikan kejayaan Demokrat di Sulsel. Soliditas yang kini harus dijaga dan dipelihara demi menatap tantangan Pemilu 2024.

Ia pun berharap Sulsel kembali menjadi lumbung suara Demokrat seperti pada masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Sementara itu, AHY hadir di UNM sebagai Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institut. Dia membawakan kuliah umum dengan tema memperkukuh karakter bangsa generasi milenial menuju Indonesia Emas 2045.

AHY didampingi sejumlah politikus senior Demokrat seperti Wakil Ketua MPR RI Sjarifuddin Hasan, anggota Komisi I DPR RI yang juga Sekjen DPP, Teuku Riefky Harsya, anggota DPR RI asal Sulsel, Aliyah Mustika Ilham dan Devy Bijak, serta mantan Ketua Fraksi Partai Demokrat, Mohammad Jafar Hafsah.

Dalam paparannya, AHY menyatakan saat ini ada tiga tantangan demokrasi. Pertama, money politik atau politik uang. Kedua, politik identitas berupa suku, etnis, hingga agama.

Menurut dia, hal itu tidak jadi masalah selama bisa saling mendukung. “Tapi, hati-hati dengan politik identitas yng bermaksud mengadu domba,” ujar dia.

Hal ketiga yang patut diwaspadai, kata AHY, adalah post truth politics atau politik dengan menyebarkan informasi bohong. Dia mengatakan,hal itu bukan hal baru apalagi saat ini teknologi sudah sangat maju.

“Bayangkan cuma model jempol, disebar masuk grup dan media sosial, isinya fitnah untuk menghancurkan karakter seseorang,” ucapnya.

Dengan begitu, AHY meminta kepada seluruh generasi muda untuk bersiap menghadapi tiga tantangan demokrasi ini. “Tiga tantangan ini saya akan gelorakan agar kita bisa berjuang untuk memperbaikinya,” pungkas AHY. (*)

  • Bagikan