Kerajaan Saudi Longgarkan Protkes, Ibadah Umrah akan Dibuka?

  • Bagikan

BACAPESAN.COM – Kerajaan Arab Saudi mulai melonggarkan protkes Covid-19. Syarat vaksin tak lagi berlaku dan hal tersebut disambut baik oleh kementerian Agama Provinsi Sulawesi selatan.

Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah Kanwil Kemenag Sulsel, Ali Yafid mengatakan ini sangat menggembirakan karena semuanya sudah dicabut oleh kerajaan.

“Kami sambut baik, karena PCR, karantina semuanya tidak. Tinggal mensosialisasikan kepada calon jemaah haji dan umrah,” ujar dia.

Namun, kata Ali, pemerintah dalam negeri bisa sejalan dengan kerajaan Arab Saudi. Saat ini pemerintah masih memberikan masa karantina setelah warga Indonesia yang melakukan ibadah umrah selama tiga hari.

“Kami ingin pemerintah sejalan dengan kerajaan Arab Saudi,” ucapnya.

Tak adanya aturan protokol kesehatan Ali Yafid mengharapkan kepada pihak travel untuk segera memberangkatkan jemaah mereka.

“Setidaknya, sesuatu hal yang membuat jamaah umrah dibuka, insyaallah akan lebih meningkat lagi untuk berangkat ke Arab Saudi,” harapnya.

“Yang kita harapkan juga bandara Internasional Sultan Hasanuddin juga membuka penerbangan internasional,” imbuh dia.

Adapun CEO Al Jasiyah Travel, Nurhayat mengatakan kebijakan baru yang dikeluarkan oleh pemerintah Arab Saudi memberi dampak positif terhadap travel umrah. Alasannya, penghapusan PCR dan karantina dapat meningkatkan kembali minat masyarakat yang ingin beribadah umrah.

“Tentu ini sisi positif yang akan membuat signifikan keinginan orang ingin umrah karena banyak orang yang ingin umrah tapi bukan cuma dari segi biaya saja tapi tidak mau repot oleh prosedur prosedur PCR dan Karantina itu menjadi kendala besar,” ujar Nurhayat.

Ia mengaku saat ini Kementerian Agama dan asosiasi umrah tengah melakukan koordinasi untuk membahas kebijakan tersebut untuk menyelaskan antara aturan dari pemerintah Arab Saudi dan pemerintah Indonesia.

“Dirjen sampaikan kemarin, inshaallah pemerintah akan menyesuaikan karena pihak Arab Saudi sendiri dalam hal ini tidak membutuhkan PCR untuk ke sana. Sementara Indonesia masih menggunakan PCR sehingga aturannya harus diubah dulu atau Indonesia harus merubah dulu untuk calon jamaah haji dan umrah yang akan berangkat ke Saudi,” ujarnya.

Selain itu, dirinya menyebut dengan adanya penghapusan PCR dan karantina membuat biaya perjalanan akan turun meski tidak signifikan.

Namun, kata dia, masih ada penambahan biaya lainnya seperti kamar hotel yang pada saat Ramadan, mengalami kenaikan.

“Jadi Ramadan biasanya harga hotel naik mungkin tidak terlalu signifikan tetapi cukup menurunkan biaya,” ucapnya.

Nurhayat mengatakan untuk biaya umrah di travelnya berkisar Rp 30 juta sudah termasuk dengan biaya pemenuhan protokol kesehatan seperti PCR, karantina, dan lainnya.

“Paket umrah itu biasanya Rp 25 juta tetapi ada biaya protkes dan karantina itu sehingga di atas Rp30 juta. Ada penambahan sekitar Rp 8 hingga Rp 10 juta. Ini akan hilang sebagian tetapi karena ini akan masuk bulan Ramadan maka harga hotel biasanya naik,” imbuh dia.

Menurut Nurhayat, antusiasme peserta umrah di bulan Ramadan biasanya melonjak sehingga membuat kamar-kamar hotel di Arab Saudi penuh. (*)

  • Bagikan