Harga Pertamax di Malaysia Lebih Murah Ketimbang Indonesia, Pengamat: Gak Bisa Dibandingkan ‘Aple to Aple’

  • Bagikan

JAKARTA, BACAPESAN.COM – Masyarakat mengeluhkan mahalnya harga BBM jenis Pertamax RON 92, setelah Pertamina Patra Niaga menaikkan harga jual di SPBU dari Rp9.000 menjadi Rp12.500 per liter.

Harga Pertamax RON 92 ini dikeluhkan sangat mahal, meskipun faktanya harga jual BBM Pertamina itu masih lebih kompetitif ketimbang harga BBM di SPBU swasta, salah satunya Shell yang menjual BBM RON 92 seharga Rp16.500 per liter.

Apalagi, masyarakat kemudian membandingkan harga jual BBM RON 92 di Malaysia yang disebut jauh lebih murah daripada di Indonesia.

Sebagaimana diketahui, harga BBM RON 95 di Malaysia yang hampir serupa RON 92 Pertamax, dijual sangat murah. Harganya hanya 2 Ringgit atau sekitar Rp7.000 per liter. Hal ini karena pemerintah Malaysia memberi subsidi ke BBM kualitas tinggi.

Masyarakat pun banyak berargumen, mengapa pemerintah Indonesia tidak seperti Malaysia yang mengucurkan subsidi untuk Pertamax RON 92 agar harganya lebih murah.

Pengamat Kebijakan Publik, Sofyano Zakaria pun menanggapi hal tersebut. Menurutnya, publik tidak bisa serta merta membandingkan Malaysia dengan Indonesia secara “Aple to Aple”.

Pasalnya, antara kedua negara jelas sangat berbeda meski keduanya sama-sama berada di Asia Tenggara,

“(Gak bisa aple to aple, jumlah rakyat dan ranmor malaysia berapa?, subsidi nya ada atau tidak?, pajaknya ada atau tidak?, ongkos angkut bbm nya berapa ?, luas wilayah Malaysia berapa?,” ujar Sofyano yang juga Direktur Puskepi menanggapi hal tersebut, dikutip Selasa 5 April 2022.

Menurut Sofyano, setidaknya ada 3 hal yang membedakan penyaluran BBM di Indonesia dengan di Malaysia. Yang paling utama adalah adanya pungutan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB 5 persen.

“Di kita (Indonesia) ada PBBKB 5 persen, ada pungutan BPH Migas, ongkos angkut ke Papua ke NTB ke NTT ke Kaltara dan lain-lain berapa?,” tuturnya.

Sofyano pun memberikan catatan khusus, menurutnya perlu di garis bawahi, jumlah penduduk di Malaysia kurang lebih hanya 32 juta jiwa dengan pendapatan per kapita sebesar Rp 149,25 juta, dan jumlah tersebut merupakan tiga kali lipat lebih tinggi dari PDB per kapita negara Indonesia saat ini yang menempati Rp 62,2 juta, atau setara dengan USD 4.349 per tahunnya dengan jumlah penduduk jauh diatas Malaysia yaitu 274 juta jiwa.

“Hal tersebutlah yang menyebabkan negara Indonesia sulit mengatasi adanya kenaikan harga bahan bakar minyak yang terjadi saat ini,” ungkap Sofyano.

“Kalau hanya BBM kualitas tinggi yang disubsidi pemerintah, pemilik truk trailer dan bus yang pakai solar subsidi bisa ‘ngamuk’ kalau tak disubsidi,” imbuh Sofyano. (fin/*)

 

  • Bagikan