“Ini dilaksanakan lantang bangngia (larut malam), karena biasa setelah orang tarawih, sunyi dan tidak padat, makanya diisi dengan lari seperti ini, sehingga saat istirahat, tidurnya akan pulas,” jelasnya.
Mencermati kesuksesan Lantang Bangngia Run Race yang menyerap animo masyarakat, Danny kini berencana untuk menggarap kembali program golo’ na anak lorong atau Golo’ Rong.
Golo Rong sendiri adalah salah satu program yang sempat digadang Danny pada periode pertamanya. Konsep Golo Rong pada saat itu merupakan modifikasi olahraga sepak bola Luas lapangannya tidak mengikuti standar baku, melainkan hanya 6×20 meter.
Hanya empat pemain dari setiap tim yang tampil di lapangan. Pemain yang sudah keluar, bisa masuk lagi dengan durasi 3×8 menit.
Keunikan dari Golo Rong ini adalah gawang yang terbuat dari drum bekas minyak tanah bersusun tiga. Kedua tim berlomba memasukkan bola lebih banyak, sebelum waktu berakhir.
“Nanti setelah balap lari, kami akan cari lokasi bermain Golo’ Rong, sepak bola di lapangan, Kami akan aktifkan main bola, kami bikin yang baik di seluruh penjuru kelurahan hingga tingkat RT/ RW,” katanya.