Budi Harta Winata, Dulu Tukang Las Kini Bos Konstruksi Baja

  • Bagikan
Budi Harta Winata saat Hadir sebagai Pemateri di Acara PSBM 2018 yang digelar di Hotel Claro..Foto Bersama Charmen FAJAR Group HM Alwi Hamu dan Direktur Harian Rakyat Sulsel Daswar M Rewo

JAKARTA, BACAPESAN.COM – Kerja keras, tekad kuat dan doa adalah tiga jurus ampuh untuk mencapai kesuksesan.

Tak ada istilah jalan pintas bagi mereka para pejuang kehidupan. Salah satu contoh nyata adalah Budi Harta Winata.

Budi mengawali kisah hidupnya dengan berat di Jakarta. Namun dia terus berjuang, pantang menyerah dan dibarengi dengan doa, hingga akhirnya sukses di usia muda. Kisah Budi pun menyebar luas di media sosial. Dia dikenal sebagai tukang las yang berhasil mengubah nasib menjadi seorang pengusaha.

Kisah Budi berawal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Dia lahir di kota durian merah tersebut. Saat kelas V SD, Budi pindah ke Palopo, Sulawesi Selatan, tinggal di kampung halaman bapaknya. Di Palopo, sebagian besar pemuda bercita-cita ingin jadi pelaut, tak terkecuali Budi.

“Pelautnya yang ikut kapal pesiar. Kan duitnya banyak,” ucap Budi.

Budi adalah lulusan STM jurusan mesin. Dia ingin jadi pelaut, namun belum tahu jalannya. Akhirnya dia ikut sang kakak ke Jakarta dan tinggal di rumah kos di Cilincing, Jakut. Saat sang kakak bekerja ke Singapura, Budi sendirian di Jakarta.

“Akhirnya saya melamar kerja. Tapi bedanya, kalau saya sebelum melamar, malamnya saya tahajud. Ya Allah, saya mau melamar kerja,” ceritanya.

Singkat cerita, Budi diterima di sebuah perusahaan otomotif. Dia ditempatkan di tempat pembuatan velg truk. Namun sayangnya, Budi merasa tidak ‘tertantang’ di bagian tersebut.

“Terus sampai sekitar tahun ’95 saya mikir, kalau kerja kaya gini ilmunya di mana?” ceritanya.

Suatu hari, Budi melihat proses renovasi pabrik. Dia bertemu dengan kontraktor yang mengerjakan renovasi tersebut. Saat menanyakan syarat jadi kontraktor, Budi diminta belajar menggambar/drafting. “Malamnya saya berdoa sama Allah, Ya Allah, saya mau kerja seperti itu. Saya mau jadi kontraktor,” ungkapnya.

Akhirnya, setelah tiga bulan sejak peristiwa tersebut, Budi melihat ada sekolah untuk gambar jurusan arsitek, listrik dan packing mechanical. Akhirnya, Budi mendaftar. Namun karena biayanya cukup mahal, niat itu tertunda. Duit untuk bayar sekolah baru didapat setelah Budi di-PHK karena diajak ikut demo buruh.

Karier Budi di perusahaan tersebut terus berkembang, mulai dari tukang gambar sampai akhirnya jadi project manager. Akhirnya, di usia 32 tahun, Budi bertekad memulai usaha sendiri, dengan membuka las keliling.

“Punya dua karyawan. Saya punya las keliling, dari mulai pasang kanopi,” terangnya.

Sejak itu, usaha las keliling Budi berkembang, sampai akhirnya memiliki workshop seluas 20 ribu meter persegi. Perusahaannya dikenal dengan nama PT Artha Mas Graha Andalan. Dia menangani berbagai macam proyek konstruksi yang berhubungan dengan peralatan besi, bangunan industri dan komersial, struktur baja dan konstruksi baja.

“Saya cuma lulusan STM. Tapi sekarang anak buah saya ada yang insinyur, sarjana ekonomi. Tapi bukan sombong, masih pinteran saya. Dari visi dan cara pikir. Karena saya sekolahnya di alam. Dan saya banyak berdoa sama Allah,” ungkapnya.

Dalam hidupnya, Budi punya prinsip yang tak bisa dipatahkan oleh apa pun. Mulai dari kejujuran sampai menghormati orang tua. Dia juga menerapkan filosofi Islami dalam bekerja. Slogannya di pabrik yakni ‘Utamakan Salat dan Keselamatan Kerja’ jadi foto yang viral di mana-mana.

“Orang yang sukses itu orang yang jujur. Jadi kenapa tiap orang punya rezeki yang berbeda-beda? Kuncinya adalah sudah berapa banyak kita berguna bagi orang orang lain. Kalau kita berguna untuk satu orang, maka rezeki kita cuma untuk satu orang. Tapi kalau kita berguna bagi seribu orang, rezeki kita juga sebesar seribu orang,” ungkapnya.(*)

  • Bagikan