Minyak Goreng Masih Mahal, Dahlan Iskan: Yang Bisa Kita Salahkan adalah Idul Fitri dan SBY

  • Bagikan
ILUSTRASI minyak goreng

JAKARTA, BACAPESAN.COM – Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan menyoroti langkah pemerintah melarang ekspor minyak goreng dan bahan bakunya yang telah melewati 13 hari.

Namun kebijakan ‘sapu jagat’ itu belum mampu membuat minyak goreng melimpah dan murah.

Padahal perkiraan para pengusaha minyak goreng, larangan ekspor hanya berlaku satu minggu. Ternyata sudah 13 hari.

“Perkiraan awal mereka (pengusaha sawit-red), larangan ekspor hanya akan satu minggu. Seminggu dilarang ekspor, mestinya, minyak goreng langsung melimpah-limpah. Ternyata belum,” kata Dahlan Iskan dikutip catatan hariannya di Disway, Jumat 13 Mei 2022.

Dahlan mengatakan, ada dua penyebab yang bisa disalahkan di setelah larangan ekspor minyak goreng dan bahan bakunya, namun belum berdampak apa apa.

Menurut Dahlan Iskan, pihak pertama yang bisa disalahkan adalah lebaran Idul Fitri.

“Larangan ekspor itu bertepatan dengan sehari sebelum Lebaran. Semua orang sibuk mudik. Atau mengurus mudik. Urusan mudik harus sukses —melebihi minyak goreng” katanya.

Dia menilai, mudik tahun ini kelihatan sukses. Kata dia, pemerintah punya banyak akal. Kreativitas terbaik pemerintah kali ini adalah: membuka dua pelabuhan umum di Banten untuk dipakai menyeberang ke Bakauheni di Lampung. Selama Lebaran.

“Maka Idul Fitri harus ramai-ramai kita salahkan” ucapnya.

Kemudian, kata Dahlan Iskan, pihak kedua yang bisa kita salahkan adalah pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY.

“Toh ia tidak akan marah untuk disalah-salahkan” katanya.

Dahlan menjelaskan, SBY melakukan moratorium sawit. Artinya, sejak saat itu, tidak boleh lagi ada izin baru kebun sawit. Penguasaan tanah untuk sawit dianggap sudah berlebihan. Sudah terlalu luas.

Sampai-sampai ada satu orang —grup usaha— menguasai jutaan hektare tanah.

Pun sawit Indonesia sudah jadi isu lingkungan. Diprotes di seluruh dunia. Untuk meredakan itu, SBY sampai ikut naik ke kapal Green Peace. Sebagai pertanda pro-lingkungan.

“Mungkin kalau semua tanah di seluruh Indonesia boleh ditanami sawit —termasuk halaman istana yang luas— Indonesia, dan dunia, tidak akan kekurangan minyak goreng. Anda pun tidak akan ngedumel di saat harga migor mahal sekali” katanya.

Namum begitu, Dahlan mengatakan bahwa bukan sikap ksatrian jika mencari-cari kesalahan orang lain.

“Mencari kesalahan pihak lain bukanlah sikap kesatria. Juga tidak menyelesaikan masalah” katanya.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa masalah kelangkaan minyak goreng adalah masalah dunia.

“Di Malaysia pun ternyata sama. Senin lalu saya ke supermarket di sana” katanya.

“Di bawah Mal Pavilion di Bukit Bintang, Kuala Lumpur. Itulah mal tersukses di Malaysia. Bukit Bintang sendiri kini sudah lebih menarik dari pada Orchard Road-nya Singapura. Bagi saya. Bukan bagi Anda. Ada resto cendol duriannya”.

“Harga minyak goreng di situ tidak beda dengan di Indonesia. Memang di sana ada minyak masak bersubsidi,” jelasnya.

Jadi, kapan harga minyak goreng turun?

“Mungkin menunggu Putin turun takhta. Itulah yang lagi diupayakan Amerika. Atau menunggu siklus dunia minyak goreng. Akan sampai saatnya harus turun” tuturnya. (fin/*)

  • Bagikan