Pandangan Erna Rasyid Taufan Tentang Naiknya Harga BBM

  • Bagikan

PAREPARE, BACAPESAN.FAJAR.CO.ID – Suatu hari Rasulullah Muhammad SAW didatangi salah seorang sahabat. Sahabat berkata kepada Rasulullah. “Wahai Rasulullah sesungguhnya harga di pasar mengalami kenaikan, tentukanlah”.

Rasulullah hanya menjawab singkat beliau bersabda “Sesungguhnya Allahlah yang menaikkan dan menurunkan dan menaikkan harga,” singkat Rasulullah.

Lalu keesokan harinya sang sahabat datang lagi dan berkata “Wahai Rasulullah harga telah naik di pasar, tentukanlah”. Lalu Rasulullah pun kembali bersabda, “Berdoalah kepada Allah,” sabda nabi, kembali singkat.

Kisah ini mengawali tulisan saya dalam menyikapi harga bahan bakar minyak (BBM) yang kini mengalami lonjakan.

Tak hanya BBM, namun hampir semua bahan pokok merangkak naik dan menimbulkan kegelisahan dan kegalauan tinggat tinggi sehingga banyak yang nekat melakukan hal instan yang tidak berkesesuaian dengan ajaran agama. Tidak sedikit pula yang mencuri, memalsukan timbangan, korupsi baik dari jabatan tingkat bawah sampai pejabat tinggi.

Mereka tidak sadar bahwa kenaikan harga itu adalah ujian pun hukuman atas kemurkaan Allah atas sifat-sifat itu.

Mari kita ulik kembali kisah di awal tulisan ini dan bagaimana kita menyikapi kenaikan BBM dan bahan pokok lainnua.

Dalam kisah tadi, mengandung banyak makna, bahwa keberkahan suatu wilayah sangat ditentukan bagaimana sikap seorang hamba kepada Rabbnya. Apakah penduduk suatu wilayah sudah bertaqwa kepada Allah saw atau malah sebaliknya?.

Dalam Alquran menerangkan jika penduduk negeri beriman dan bertakwa, maka Allah akan melimpahkan berkah dari langit dan bumi. Dalam tafsir Surah Al-A’raf Ayat 96 dijelaskan bahwa, jika penduduk negeri beriman kepada agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, maka Allah akan melimpahkan kepada mereka kebaikan yang banyak.

Seandainya penduduk negeri menerapkan nilai-nilai ajaran Islam yang tujuannya untuk kebaikan bersama di dunia dan akhirat. Maka kebaikan akan menyertai mereka, sebab mereka tidak berbuat kerusakan dalam hal apapun dan mereka hidup damai sesuai ajaran Islam.

Sebagaimana yang tertulis dalam Surah Al A’raf ayat 96 yang menyatakan bahwa “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (QS Al-A’raf: 96).

Oleh karena itu, menyikapi kenaikan BBM dan bahan pokok haruslah dengan meningkatkan ketakwaan kepada-Nya.

Takwa menurut bahasa adalah menjaga diri atau berhati-hati. Sedangkan menurut istilah syari’at, takwa diartikan seorang hamba menjadikan sebuah benteng bagi dirinya untuk melindunginya dari kemurkaan Allah dan siksa-Nya. Benteng tersebut ialah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Imam Al Hafizh Ibnu Rajab menjelaskan, bahawa takwa yang sempurna adalah melaksanakan seluruh kewajiban dan meninggalkan segala bentuk keharaman dan syubhat lalu disertai dengan melaksanakan amalan sunnah dan meninggalkan yang makruh.

Meski demikian, apapun arti dan definisi dari takwa, secara prinsip yang harus dijadikan sebagai dasar seseorang bertakwa adalah ketika ia mampu secara ikhlas mengerjakan segala perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya, maka itulah arti takwa yang harus kita pahami bersama. Secara definisi arti takwa memang hanya terdiri dari beberapa kalimat saja, tetapi pada tataran impelementasi, arti takwa tidak sesederhana yang kita bayangkan, takwa merupakan sebuah komplekasitas dari seluruh tindakan dan amal perbuatan seseorang dalam beribadah kepada Allah.

Takwa sesungguhnya adalah ketika kita bersungguh-sungguh menjauhi seluruh dosa, baik yang besar maupun yang kecil. Dan bersungguh-sungguh melakukan seluruh bentuk keta’atan, baik yang wajib maupun yang sunah dengan semampunya, dengan harapan semoga ibadah Sunnah yang kita lakukan dapat menutupi kekurangan yang ada pada saat melakukan kewajiban, dan menjauhi dosa-dosa kecil sebagai benteng yang kuat antara seorang hamba dengan dosa-dosa besar.

Kualitas ketakwaan seorang hamba sejatinya dapat dilihat dari sejauhmana ia dapat secara konsisten menjalankan apa yang diperintahkan Allah dan apa yang dilarang oleh-Nya. Semakin konsisten dalam menjalankan perintah-Nya, maka ia semakin tinggi kadar ketakwaanya kepada Allah. Sebagaimana Allah dalam firman-Nya “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (QS At-Tagabun [64]: 16).

Dan konsistensi keimanan tersebut haruslah didasarkan dan disesuaikan dengan tingkat kesanggupan dan kemampuan seorang hamba dalam melaksanakan nilai-nilai ketakwaan yang disyaratkan oleh Allah. Karena Rasulullah Saw dengan tegas menyatakan bahwa beragama sejatinya sesuai kesanggupan.

Di dalam Al Qur’an terdapat banyak Perintah kepada kita untuk bertakwa kepada Allah. Selanjutnya Allah berfirman, “Bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya” (QS. Al Maidah [5]: 35) Dalam surat lain, Allah berfirman, “Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar” (QS At-Taubah [9]: 119).

Perintah-perintah tersebut bukan saja sekedar perintah, tetapi Allah akan memberikan balasan dan ancaman (azab) bagi mereka yang bertakwa dan tidak bertakwa kepada Allah. Allah telah mengabarkan dalam firman-Nya, “Barang siapa bertakwa kepada Allah, Niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka” (QS. Ath-Thalaq [65]: 3)

Bertakwa kepada Allah adalah awal dari segalanya, semakin tebal ketakwaan seseorang kepada Allah, maka akan semakin tinggi kemampuannya merasakan kehadiran Allah. Allah memerintahkan kepada kita untuk bertakwa dengan yang sebenar-benarnya takwa dan melarang kita untuk mati melainkan dalam keadaan sebagai orang Muslim. Firman Allah, ”Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS Ali Imran [3]: 102)

Firman Allah, “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, Niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan melipatgandakan pahala baginya”. (QS. At-Thalaq [65]: 5)

Menjadi orang yang dicintai Allah adalah kebahagiaan yang sangat besar dan tak ternilai, dan Allah telah membuka jalan bagi kita bagaimana agar kita dapat meraih cinta-Nya, yaitu dengan menjadi orang yang bertakwa. Yaitu bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi semua yang dilarang oleh-Nya.

Semoga kita semua menjadi pribadi yang selalu dicintai dan mendapat keberkahan dari-Nya. Aamiin yra.
(***)

  • Bagikan