Tabur Citra di Jalan Raya

  • Bagikan
ILUSTRASI

MAKASSAR, BACAPESAN.COM – Kandidat bakal calon Gubernur Sulawesi Selatan mulai terang-terangan tebar pesona. Mereka mulai menabur citra di jalan dengan pemasangan baliho.

Sebut saja Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto, Wakil Ketua Umum DPP Golkar HM Nurdin Halid, Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman, Ilham Arief Sirajuddin, Taufan Pawe, serta Mayjen (Purn) Andi Muhammad.

Spanduk yang terpasang di pinggir jalan beragam. Untuk Danny misalnya, ada yang bertuliskan DP For Sulsel, Masa DePan Sulsel, Utajengki ri Sulsel, ada juga ‘DP 2024 Semua Tambah Baik’.

Kemudian spanduk IAS yang tersebar di beberapa kabupaten/kota bertuliskan Gubernurku.

Pengamat politik, Asratillah mengatakan, pemasangan baliho oleh sejumlah figur bertujuan untuk mendongkrak popularitasnya.

“Kata lain para bacalon sedang dalam tahap mendongkrak popularitas diri,” katanya, Selasa (25/10/2022).

Menurutnya, banyak cara untuk mendongkrak popularitas diri, baik offline maupun online. Salah satu cara klasik untuk mendongkrak popularitas adalah dengan menggunakan atribut luar ruangan semisal baliho.

“Dan kini ada beberapa figur yang menggunakan baliho dalam jumlah banyak, seperti IAS , Danny Pomanto, dan Mayjen (Purn) Andi Muhammad. Ada yang eksplisit memperkenalkan diri sebagai bacalon gubernur seperti IAS, ada pula yang tidak secara eksplisit seperti Danny Pomanto dan Mayjen (Purn) Andi Muhammad,” jelasnya.

Direktur Profetik Institute menilai, strategi baliho secara politik punya beberapa fungsi. Pertama, baliho adalah sarana yang masih dianggap efektif memperkenal figur kepada publik, walaupun kini ada media sosial.

Namun di beberapa daerah pemilihan terutama yang berkarakter rural, baliho dianggap lebih efektif. Kedua, baliho adalah upaya penegasan keseriusan bacalon bahwa dirinya hampir dipastikan maju dalam pilgub mendatang, sekaligus menepis keraguan publik terutama simpul-simpul politik.

“Ketiga, baliho adalah penanda teritori, bahwa kawasan yang dipasangi baliho merupakan kawasan yang relatif bisa dikuasai secara elektoral oleh jejaring politik figur bersangkutan,” tuturnya.

Namun, Asratillah menuturkan untuk mendongkrak popularitas diri, baliho tidaklah mencukupi. Mesti diparalelkan dengan metode lain, terutama media sosial dan pertemuan langsung dengan tokoh masyarakat.

“Kenapa media sosial? Karena segmen pemilih millenial lebih banyak mendapatkan informasi politik melalui media sosial. Dan kenapa pertemuan langsung? Karena dari beberapa riset yang dilakukan oleh profetik institute bertemu langsung dengan warga adalah ukuran yang digunakan oleh calon pemilih seberapa perhatian figur terhadap aspirasi masyarakat bawah,” pungkasnya.

Direktur Eksekutif Parameter Publik Indonesia Ras Md menilai, penyebaran atribut ruang publik memang menjadi salah satu syarat agar seorang figur bisa lebih dikenal oleh publik. Apalagi dengan sistem demokrasi terbuka.

“Tentu kerja-kerja darat menjadi syarat utama eksisnya bagi seorang figur/kandidat tak terkecuali figur Gubernur,” ujarnya, Selasa (25/10/2022).

Dia melihat untuk konteks Pilgub Sulsel, tidak hanya Danny Pomanto saja yang tergolong massif sebaran ruang publiknya dalam bentuk baliho.

Ada beberapa figur lain juga. Seperti Ilham Arief Sirajuddin mantan Wali Kota Makassar dua periode, Rusdi Masse Anggota DPR RI dapil Sulsel tiga hingga mantan Pangdam Hasanuddin Andi Muhammad.

“Para bakal calon Gubernur ini melakukan penetrasi ruang publik lebih awal, karena jangkauan Sulsel cukup luas. Ada 24 kabupaten/kota dengan total wajib pilihnya lebih dari enam juta pemilih. Wajar saja jika para elite-elite ini memilih bergerak lebih awal,” tuturnya.

“Yang penting juga dipahami, dalam membangun elektabilitas seorang figur atau keterpilihan mereka, diawali dulu dengan kerja-kerja pengenalan atau popularitas. Kan gak mungkin anda dipilih jika tak dikenal. Kerja-kerja ini memakan waktu cukup lama dan biaya cukup tinggi tentunya. Kan banyak yang beranggapan mengapa banyak bakal calon gubernur sudah mulai jorjoran memasang atribut ruang publik sedangkan pelaksanaan Pilgub masih lama,” terangnya.

“Ada dua alasannya. Pertama, syarat utama keterpilihan. Kedua, butuh waktu cukup panjang membangun popularitas,” sambungnya.

Ditambahkan, kerja-kerja relawan Danny Pomanto memasang atribut ruang publik dalam bentuk baliho tentu berorientasi pada target popularitas Danny Pomanto di Sulsel.

“Beliaukan selama ini terkenalnya di Makassar saja. Tapi di 23 Kabupaten/Kota tingkat pengenalnnya tentu tergolong masih sangat rendah. Jadi gerakan penetrasi ruang publik Danny yang dilakukan oleh relawan DP adalah hal yang wajar,” terangnya.

Dia menyebutkan, perihal peluang Danny menuju Sulsel cukup bagus. Berstatus sebagai walikota Makassar dua periode menjadi modal utama bagi seorang Moh Ramdhan Pomanto bisa diusung oleh Partai NasDem.

“Kan hanya dua figur saja di NasDem. Danny dan Rusdi Masse. Jika Danny Pomanto kerja-kerja elektoralnya bagus dan bisa tampil kuat secara elektabilitas dari Rusdi Masse, tentu Danny Potensial diusung,” pungkasnya. (*)

  • Bagikan