Kargo Penyelamat Angkasa Pura di Masa Pandemi

  • Bagikan

MAKASSAR, BACAPESAN.COM – Angkasa Pura menjadi satu dari sekian banyak perusahaan yang terdampak pandemi.

Hal tersebut diakui General Manager (GM) PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar, Wahyudi dalam vodcastnya bersama harian Rakyat Sulsel, Jumat (18/11) lalu.

Menurut Wahyudi, selama masa pandemi penerbangan paling berdampak.

“Di tahun pertama alhamdulillah bandara Sultan Hasanuddin memiliki lokasi yang menguntungkan yakni sebagai elevate hub Indonesia bagian Timur sehingga beroperasi hingga 24 jam. Pengguna jasa penerbangan di masa itu seharinya hanya 100 hingga 200 orang perhari,” ungkapnya.

Wahyudi menjelaskan posisi penting bandara Sultan Hasanuddin yang menjadi konekting dengan bandara bandara di Indonesia bagian timur lainnya menjadikannya harus terus beroperasi. Beruntung di masa pandemi meski pengguna jasa penerbangan turun drastis dari angka 13,500 di tahun 2021 menjadi hanya 5000 pengguna selama pandemi, pengguna jasa kargo meningkat pesat.

“Kalau kita tidak buka 24 jam di masa pandemi, bandara Papua dan Ambon tidak bisa terhubung sehingga bandara Sultan Hasanuddin di buka 24 jam agar semua bandara tetap tumbuh,” ungkapnya.

“Kargo sendiri meningkat hingga 200 persen. Di satu sisi penerbangan komersil menurun, namun kargo meningkat pesat. Daya beli masyarakat Makassar selama pandemi meningkat, kebanyakan barang barang e-comers dan produk,” sambung Wahyudi.

Melihat pesatnya potensi kargo, maka penerbangan domestik dirubah fungsi menjadi angkutan kargo, “Pergerakan ekonomi online market mendongkrak juga penerbangan lewat kargo. Peluang inilah yang di tangkap Angkasa Pura,” ucapnya.

Selain itu, Angkasa Pura juga melihat peluang dari potensi ekspor yang semakin menggeliat.

“Potensi eksport cukup besar apalagi melalui Jakarta dan Dempasar. Pernah di coba pengiriman langsung dari Makassar ke Singapura dan Hongkong namun terkendala masalah suplayer,” terang pria yang bercita cita menjadi pilot ini.

Demi meningkatkan potensi kargo dan ekspor Sulsel, pihaknya bahkan memberi diskon untuk lending pesawat namun lagu lagi terkendala masalah suplayer.

Di era new normal ini, kondisi penerbangan mulai pulih. menurut Wahyudi, hingga Agustus jumlah penerbangan sudah berada di angka 9000 yang menandakan akan membaiknya potensi penerbangan di Sulsel. “Saat ini pesawat telah digunakan lagi untuk penumpang. Demand untuk kargo di Sulsel atau wilayah Indonesia Timur sudah kembali seperti biasa,” terangnya. (*)

  • Bagikan