Pesantren juga bagian yang menentukan sebuah suara, misalnya, dalam pemilihan sebab para santri berpegang teguh kepada pilihan kiai sehingga banyak dilirik pelaku politik untuk digalang. Lebih jauh pesantren juga banyak menciptakan tokoh tokoh masyarakat yang mampu bersaing di dalam dinamika perkotaan yang luar biasa, tak terkecuali di Sulsel.
“Keinginan masyarakat melahirkan generasi unggul berbasis agama sudah sangat luar biasa keinginannya terbukti saja dari 300 pengunjung pendaftaran hanya beberapa yang diterima siswa-siswa ada juga pesantrennya setengah mati mencari siswa,” ujar Kaswad.
Di dalam tradisi pesantren, Nahdlatul Ulama menghadirkan istilah semakin jauh dari rumah tingkat mencari ilmu semakin bagus. Maka hadirnya pondok pesantren sebagai wadah ilmu menjadi pilar penuh makna dimana santri yang dilahirkan mampu berdiri di tengah tengah masyarakat, menjadi penghafal Alquran bahkan mampu menjadi ulama besar. Lebih lengkap lagi jika pada penerapannya dengan bimbingan yang diberikan selama di pesantren ilmunya dapat terpakai di tengah masyarakat.
“Ada seorang dokter alumni UIN lulusan pesantren yang hafal Al-Qur’an. Namun bukan hanya mendalami kitab kuning tetapi mendalami ilmu-ilmu kedokteran juga,” ucap Kaswad.
Ia juga mengungkapkan, saat ini sudah dikembangkan inovasi di dalam pembelajaran misalnya Al-Qur’an braille dan Al-Qur’an untuk orang tuli. Pesantren juga telah menerapkan sistem pembelajaran online dan digitalisasi.
“Kelebihannya, semua yang dipelajari di sekolah umum ada di pesantren. Tetapi tidak semua yang dipelajari pesantren dipelajari di sekolah ini kemajuan-kemajuan yang terjadi di pondok pesantren,” imbuh dia.