Mengungkap Potensi Ekstrak Etanol Bunga Kasumba Turate ( Carthamus tinctorius) dalam Mengatasi Inflamasi Akibat COVID-19

  • Bagikan
Promosi doktor Lismayana Hansur di gedung imeri FKUI, turut hadir Prof. Dr. dr. Suryani As'ad, M.Sc., Sp.GK Dekan FKIK Universitas Muhammadiyah Makassar

MAKASSAR, BACAPESAN.COM – COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh SARS-CoV2, telah menjadi masalah global sejak 2020. Di Indonesia, COVID-19 telah menyebabkan kematian lebih dari 160.000 jiwa hingga 2023 akibat respons inflamasi berlebihan.

Walaupun saat ini pandemi telah berakhir, reaksi inflamasi berlebihan pada COVID-19 masih dapat terjadi pada pasien dengan faktor risiko tertentu. Obat anti inflamasi yang tersedia saat ini yaitu deksametason, belum optimal dalam menurunkan hiper-inflamasi pada pasien COVID-19.

Upaya untuk menemukan terapi yang efektif untuk mengatasi inflamasi yang terkait dengan COVID-19, sebuah penelitian baru-baru ini dilakukan oleh Lismayana Hansur, Dosen tetap fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar sekaligus mahasiswa Program Doktor Ilmu Biomedik FKUI dan peneliti pada fakultas kedokteran universitas Muhammadiyah makassar, di bawah bimbingan tim promotor: Prof. Dr. Melva Louisa, SSi, MBiomed, dr. Jamal Zaini, PhD, SpP(K) dan Dra. Beti Ernawati PhD.

Tim peneliti telah mengevaluasi efek dan mekanisme kerja ekstrak etanol bunga kasumba turate (C. tinctorius) yang diberikan bersama dengan deksametason pada model inflamasi paru mencit yang dibuat model COVID-19 dengan cara induksi SARS-CoV-2 spike protein. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa senyawa aktif dalam bunga C. tinctorius memiliki potensi antiinflamasi pada COVID-19. Kasumba turate merupakan tanaman herbal yang dapat ditemukan di Sulawesi Selatan, dan telah digunakan secara empiris untuk penyakit yang disebabkan virus seperti campak, dll.

Penelitian ini menunjukkan bahwa terapi kombinasi deksametason + ekstrak C. tinctorius memiliki efek yang menjanjikan dalam mengurangi peradangan dan dapat meningkatkan respons imun dalam model infeksi COVID-19. Beberapa temuan utama penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi deksametason dan ekstrak bunga C. tinctorius dosis dapat menurunkan penanda peradangan dalam darah dan meningkatkan perbaikan sel paru yang rusak.

Ditemukan pula penurunan infiltrasi sel pada jaringan paru, perbandingan sel limfosit dan sel makrofag menuju normal. Terapi ini juga meningkatkan kadar interferon-gamma (IFN-γ) dalam paru, yang memiliki peran penting dalam respons kekebalan terhadap infeksi. Selain itu, kombinasi deksametason dan ekstrak bunga C. tinctorius mempengaruhi sel-sel imun di jaringan paru, dan terlibat dalam respons inflamasi dan pertahanan tubuh. Terjadi pula peningkatan produksi sel-sel yang mengatur produksi sitokin anti inflamasi di paru.

Dari seluruh pemeriksaan diketahui bahwa mekanisme kerja utama kombinasi ini diperantarai oleh peningkatan pengaturan sel imun yang penting dalam reaksi inflamasi. Hasil ini menunjukkan kemungkinan penggunaan terapi kombinasi ini dalam penanganan penyakit peradangan paru, meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami mekanisme yang lebih mendalam dan validasi pada manusia.

Penelitian ini membuka pintu untuk pengembangan obat herbal sebagai obat pendamping dalam pengobatan inflamasi pada penyakit COVID-19, dengan potensi untuk mengurangi reaksi inflamasi berlebihan tanpa efek samping yang serius. Hasil ini membuka pintu untuk penelitian lebih lanjut dan karakterisasi senyawa aktif sebagai kandidat potensial untuk mengurangi inflamasi pada COVID-19. Penelitian ini menawarkan harapan baru dalam pengembangan terapi anti inflamasi yang berasal dari bahan alami, yang dapat membantu pasien COVID-19 dengan respons inflamasi yang berlebihan.

Penelitian ini juga telah menguji toksisitas akut untuk menilai dosis yang aman, dan hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak etanol bunga C. tinctorius dapat dianggap sebagai bahan yang tidak toksik hingga 2000 mg/kg berat badan tikus.

Penelitian ini telah dipertanggungjawabkan didepan tim penguji yang ahli dibidangnya : yang diketuai oleh ahli imunologi (Dr. Heri Wibowo,M.Biomed), pembuatan Hewan model ( Dr. dr. Puspita Eka Wuyung, MS), Bioinformatika (Dr. Fadillah, MSi) dan Farmakolog dari BRIN (Dr. Marissa Angelina, M.Farm). Penelitian lebih lanjut yaitu uji klinis fase 1 yang akan menjadi langkah selanjutnya untuk dapat memvalidasi hasil penelitian ini, sehingga dapat digunakan pada pasien dengan inflamasi derajat berat.

Temuan ini mendukung pentingnya penelitian yang lebih dalam dalam pengembangan senyawa bahan alam untuk terapi COVID-19 yang tepat. Penelitian ini dapat menjadi langkah penting dalam upaya untuk mengendalikan inflamasi akibat COVID-19. Kemampuan kombinasi dari penelitian ini dapat meningkatkan limfosit yang tidak menutup kemungkinan untuk dikembangkan untuk penelitian yang melibatkan inflamasi berat akibat infeksi virus dan bakteri, penyakit autoimun, reumatoid arthritis, kolitis ulseratif yang berhubungan erat dengan inflamasi berat. (*)

  • Bagikan