“Dalam proses meraih tujuan hidup semua orang membutuhkan dukungan sosial, oleh karena itu kita perlu dorongan semangat dan masukan dari orang lain. Kemudian untuk meraih sesuatu tentu butuh proses dan biasanya terdapat tantangan. Biasanya mahasiswa tidak tau bahwa mereka mendapatkan tantangan dan cara mengatasi tantangan” tambahnya.
Prof. Jufri juga menjelaskan, dalam melakukan konseling dibutuhkan beberapa keterampilan yakni keterampilan attending, keterampilan mendengarkan dan keterampilan bertanya. Attending yaitu adalah keterampilan melayani secara pribadi yang merupakan usaha Konselor menempatkan diri sehingga dapat memberikan perhatian terhadap klien secara penuh. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh konselor terkait attending ini adalah kontak mata, posisi badan dan observasi.
Keterampilan selanjutnya adalah mendengarkan yang mana Peran konselor yang utama adalah sebagai pendengar. Dengan mendengar, konselor dapat menolong klien memilah kebingungan, mengidentifikasi masalah, mengeksplorasi pilihan sehingga klien merasa didengar, dimengerti dan dihargai.
Menurut Prof Jufri, setelah mendengar konselor harus melakukan Parafrasing (Refleksi) Konselor merefleksikan kembali apa yang telah dikatakan oleh klien. Konselor mengambil bagian penting yang telah dikatakan, menyatakannya kembali secara jelas dengan kalimat sendiri.
“Refleksi ini tentu memiliki sejumlah manfaat diantaranya adalah Klien menyadari bahwa konselor sedang mendengarkan dan telah memahami yang dikatakannya Mendorong klien memahami perasaan, emosional dan isi pembicaraannya, serta mendorong klien melanjutkan pembicaraannya” pungkasnya.
Kemudian keterampilan terakhir adalah keterampilan bertanya, adapun tujuan bertanya adalah membantu untuk fokus pada inti masalah, mendorong untuk melanjutkan percakapan, dan membantu klien memahami permasalahannya. Namun perlu diperhatikan bahwa seringkali penggunaan pertanyaan tidak terlalu penting untuk mendorong klien membicarakan masalahnya.
“Untuk beberapa kondisi bahkan mengganggu kemampuan/kebebasan berbicara dan memutus alur pembicaraan. Membiarkan klien berbicara sesuai dengan keinginannya lebih membantu daripada mengarahkan pembicaraan menurut keinginan konselor Pertanyaan yang terlalu banyak akan mengubah suasana konseling menyerupai wawancara bahkan interograsi.,” jelasnya
Diharapkan melalui penerapan keterampilan dasar konseling oleh Penasehat Akademik akan terbangun hubungan emosional dan komunikasi efektif dengan mahasiswa sehingga mahasiswa dapat terbantu dalam mengidentifikasi permasalahannya baik akademik maupun non akademik, dan memilih alternatif penyelesaian masalah yang lebih disukai dan realistik. Dengan demikian mahasiswa akan merasakan kesehatan mental menuju kebahagian dan prestasi akademik yang optimal. (Hikma)