Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Dr. Ir. Airlangga Hartarto, M.B.A., M.M.T., IPU, menyatakan, Baja sebagai bahan konstruksi memiliki peran strategis dalam pembangunan infrastruktur nasional.
Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan baja di Indonesia terus meningkat seiring dengan pembangunan proyek-proyek infrastruktur besar seperti jalan tol, jembatan, pelabuhan, dan bandara, termasuk pembangunan IKN.
Untuk memenuhi permintaan tersebut, diperlukan koordinasi yang baik antara produsen, distributor, dan pengguna akhir agar rantai pasok baja berjalan lancar dan efisien.
“Seminar ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi para pemangku kepentingan untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan inovasi dalam industri baja. Selain itu, seminar ini juga diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi kebijakan yang konstruktif untuk pemerintah dalam mendukung keberlanjutan dan peningkatan daya saing industri baja nasional,” papar Airlangga.
Pada kesempatan berikutnya, Menteri Perdagangan DR. (H.C). Zulkifli Hasan, S.E., M.M. juga mengungkapkan hal yang kurang lebih serupa.
“Sebagai Menteri Perdagangan, saya sangat memahami pentingnya memastikan bahwa rantai pasok baja berjalan dengan baik dan lancar. Hal ini mencakup mulai dari produksi, distribusi, hingga ke pengguna akhir. Koordinasi yang baik antara semua pemangku kepentingan sangat diperlukan untuk memastikan bahwa pasokan baja mencukupi dan berkualitas tinggi, serta dapat diakses dengan harga yang kompetitif,” ucap Zulkifli.
Dalam konteks perdagangan, lanjutnya, pemerintah terus berupaya untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi industri baja. Pemerintah terus memantau dan menyesuaikan kebijakan perdagangan agar dapat mendukung pertumbuhan industri ini.
“Selain itu, kami juga berupaya untuk memperkuat kerjasama internasional, baik dalam hal ekspor maupun impor, untuk memastikan pasokan baja yang stabil dan berkelanjutan,” terangnya.
“Sebagai informasi, Indonesia saat ini menempati peringkat keempat negara eksportir besi dan baja terbesar di dunia, setelah sebelumnya rangking 17 dunia di tahun 2019. Ini merupakan pencapaian luar biasa bagi industri konstruksi baja kita,” ucap Zulkifli lagi.
“Saya berharap melalui seminar yang diinisasi oleh ISSC ini, kita dapat menghasilkan ide-ide inovatif dan rekomendasi yang konstruktif untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing rantai pasok baja di Indonesia. Semoga diskusi yang berlangsung hari ini dapat memberikan wawasan baru dan menjadi langkah awal untuk kolaborasi yang lebih erat antara semua pemangku kepentingan,”pungkas Zulkifli antusias. (FAJAR)