Menyusuri Jejak  Spiritual Bersama Juri Hafidz Quran RCTI 

  • Bagikan
Rahma Saiyed, Pemerhati Pendidikan

Rahma Saiyed, Pemerhati Pendidikan

BACAPESAN – Di bawah langit biru yang terbentang di atas Sekolah Islam Terpadu (SIT) Al-Qalam, Gowa, Sulawesi Selatan, angin sepoi-sepoi berhembus lembut  menggugah jiwa.

SIT Al-Qalam yang terletak di Kecamatan Barombong, Gowa, telah menjadi saksi sebuah peristiwa yang sarat makna dan cahaya. Nabila Abdul Rahim Bayan, sosok yang dikenal luas sebagai juri kharismatik dari program Hafidz Indonesia di RCTI, baru-baru ini, telah hadir dengan misi yang suci, menaburkan kemuliaan Al-Quran di hati setiap insan yang hadir.

Seperti embun pagi yang menyejukkan relung hati, kehadiran Nabila di sekolah holistik ini, telah membawa kesejukan spiritual. Tidak sendiri, ia ditemani oleh sang suami, Ahmad Slamet Ibnu Syam, seorang ulama yang dihormati dan pemilik pondok pesantren Ibnu Syam. 

Kehadiran pasangan tersebut dalam rangka memberikan kajian Islam bertajuk “Menggapai Kemuliaan dengan Alquran.”  Mereka merupakan paduan harmoni yang telah mampu menyentuh kalbu, bersama meyampaikan kajian agama secara inspiratif dan tidak sulit mencernanya.

Kehadiran pasangan tersebut, telah menggambarkan acara ini sebagai sebuah oase di tengah padang pasir kehidupan. Harapannya, setiap kata yang terucap,  dapat menjadi setetes air penyejuk dahaga bagi jiwa-jiwa yang merindukan kedamaian dan petunjuk. 

Terlihat puluhan  orang berkumpul di aula sekolah tersebut. Pelajar yang penuh rasa ingin tahu, orang tua yang berusaha menjadi teladan, hingga tokoh masyarakat yang mencari pencerahan, semuanya  berkumpul dalam satu tujuan mulia dalam aula tersebut. Mereka terlihat sedang menyimak,  merenung, dan menghayati setiap hikmah yang dibagikan. 

Seiring dengan detik yang berlalu, suasana di SIT Al-Qalam telah berubah menjadi sebuah simfoni spiritual. Setiap kata yang terucap, setiap ayat yang dilantunkan, seakan menggema dalam sanubari, membentuk harmoni yang indah. Dalam keheningan yang khusyuk, semua yang hadir seperti merasakan getaran yang sama, getaran cinta yang mendalam kepada Sang Pencipta.

Ahmad Slamet, dengan kebijaksanaannya yang terpancar dari setiap tutur katanya,  mengajak para peserta untuk menyelami makna terdalam dari Al-Quran. Dengan gaya penyampaian yang lembut namun tegas, ia  membuka tabir kebijaksanaan yang tersimpan dalam setiap ayat, mengajak setiap jiwa untuk merenung dan memahami hakikat kehidupan.

Sementara itu, Nabila dengan pesona dan kehangatannya seakan telah menjadi magnet bagi para peserta, terutama generasi muda. Dengan caranya yang unik, ia membangkitkan semangat dan motivasi, menanamkan kecintaan yang mendalam terhadap Al-Quran. Ia pun bertutur bila ingin menghafal Alquran, haruslah memperbaiki niat dengan tujuan karena Allah, bukan karena ingin ikut lomba, dll. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya istiqamah untuk tetap bisa menghafal Alquran. “Yang susah itu, istiqamah, yang mudah itu, istirahat,” katanya seraya dibarengi tawa peserta. 

Nampaknya, acara ini bukan sekadar pertemuan biasa namun juga merupakan sebuah perjalanan spiritual, sebuah langkah menuju kedalaman makna. Dalam suasana yang penuh kehangatan dan kebersamaan, setiap peserta  merasakan kebahagiaan yang tulus,  kebahagiaan yang lahir dari pemahaman dan cinta yang mendalam terhadap Al-Quran.

Di akhir acara, ketika matahari mulai meredup di ufuk barat, setiap peserta nampak terlihat larut dalam lantunan doa yang lansung dipimpin oleh pondok pesantren Ibnu Syam ini. Nampak pula ketua yayasan, Rohandi membersamai kegiatan tersebut.

Semoga kehadiran Nabila dan Ahmad Slamet di Gowa menjadi awal dari perubahan yang lebih baik. Sebuah perubahan yang dimulai dari diri sendiri, yang kemudian menyebar ke keluarga, masyarakat, dan akhirnya, seluruh negeri. Dengan Alquran sebagai penuntun,  kita bersama-sama menciptakan Indonesia yang lebih sejahtera dan damai, sebuah negeri yang disinari oleh cahaya Ilahi. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version