Omicron XBB Merajalela, Daya Tularnya Tinggi, Tetap Pakai Masker

  • Bagikan
An illustration picture taken in London on December 2, 2021 shows four syringes and a screen displaying the word 'Omicron', the name of the new covid 19 variant, and an illustration of the virus. (Photo by Justin TALLIS / AFP)

JAKARTA, BACAPESAN.COM – Omicron XBB merejalela, Di Singapura kasus COVID yang disebabkan Omicron XBB dalam satu pekan terakhir naik dari 22 persen menjadi 54 persen, demikian seperti dilaporkan Health.

Itu artinya, hanya dalam satu pekan terakhir, telah terjadi lonjakan kasus COVID lebih dari dua kali lipat disebabkan Omicron XBB.

Itu juga berarti bahwa Omicron XBB adalah salah satu varian corona dengan daya tular tinggi yang pernah ada.

BACA JUGA:Pandemi COVID Belum Selesai, Varian XBB Terdeteksi di Indonesia, Masyarakat Diminta Pakai Masker

Menurut laporan para ahli dari Peking University, Omicron XBB, BQ.1.1 dan beberapa lainnya, adalah varian corona dengan kemampuan tinggi untuk menghindar sistem kekebalan tubuh manusia.

Apa itu berarti Omicron XBB berbahaya atau apakah Omicron XBB mematikan?

Para ahli ini berpendapat bahwa meski seseorang sudah pernah vaksin dan pernah kena COVID sebelumnya, mereka akan tetapi bisa terinfeksi Omicron XBB.

Namun para ahli juga berpendapat bahwa meski omicron XBB ini sangat menular, namun mereka yang baru-bari ini divaksin, atau baru-baru ini pernah kena COVID, punya proteksi lebih tinggi terhadap ancaman kematian akibat COVID.

Para ahli juga berpendapat bahwa Omicron XBB terlihat tidak semematikan varian Omicron lainnya.

Di Singapura, kasus jumlah pasien masuk RS akibat Omicron XBB masih terbilang proporsional, dan sakit serius akibatnya pun terbilang rendah.

PPKM Tidak akan Dicabut Sementara Waktu

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengungkap pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) untuk sementara tetap tidak akan dicabut.

Terlepas dari status PPKM seperti apa, Menkes Budi mengatakan pada realitasnya saat ini kehidupan sudah normal.

“PPKM ini untuk sementara masih tetap tidak dicabut seluruhnya, karena kita masih menunggu nanti Januari – Februari 2023 apakah ada kenaikan kasus lagi atau tidak,” ujar Menkes Budi pada Capaian Kinerja Pemerintah tahun 2022 yang disampaikan secara virtual, Jumat (21/10) di Jakarta.

Alasan PPKM tidak dicabut karena jika nanti terjadi kenaikan kasus COVID akibat Omicron XBB, pemerintah tetap memiliki instrumen untuk bisa melakukan intervensi kesehatan di daerah-daerah.

Dikatakan Menkes, PPKM adalah instrumen yang memang terbukti sangat baik untuk mengimplementasikan protokol kesehatan di daerah-daerah dengan cepat.

Kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia pada Juli hingga Agustus 2022 lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya. Namun kewaspadaan perlu tetap dilakukan karena akan menghadapi awal tahun 2023 yang biasanya kasus melonjak pasca libur natal dan tahun baru.

Kenaikan kasus COVID akibat Omicron XBB nampak di negara tetangga Indonesia seperti Singapura, sehingga Indonesia harus tetap waspada.

Kenaikan kasus COVID-19 di Singapura yang tadinya hanya ratusan kasus sekarang naik menjadi 6.000 kasus per hari, lebih tinggi dari kenaikan kasus di Indonesia yang cuma 2.000 kasus per hari.

Masyarakat Diminta Pakai Masker

Subvarian Omicron XBB telah terdeteksi di Indonesia masyarakat diminta waspada dan pakai masker.

Omicron XBB menyebabkan lonjakan kasus COVID-19 yang tajam di Singapura, diiringi dengan peningkatan tren perawatan di rumah sakit.

Sejak pertama kali ditemukan, sebanyak 24 negara melaporkan temuan Omicron varian XBB termasuk Indonesia. Kasus pertama XBB di Indonesia merupakan transmisi lokal, terdeteksi pada seorang perempuan, berusia 29 tahun yang baru saja kembali dari Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Menyusul temuan ini, Kemenkes bergegas melakukan upaya antisipatif dengan melakukan testing dan tracing terhadap 10 kontak erat. Hasilnya, seluruh kontak erat dinyatakan negatif COVID-19 varian XBB.

Juru Bicara COVID-19 Kementerian Kesehatan dr. M. Syahril mengatakan, meski varian baru XBB cepat menular, namun fatalitasnya tidak lebih parah dari varian Omicron.

Kendati demikian negara belum bisa dikatakan aman dari pandemi COVID-19. Sebab berbagai mutasi varian baru masih berpotensi terus terjadi. Dalam 7 hari terakhir juga dilaporkan terjadi kenaikan kasus di 24 provinsi.

dr. Syahril meminta masyarakat mengedepankan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, menghindari kerumunan dan mencuci tangan pakai masker, dan melakukan testing apabila mengalami tanda dan gejala COVID-19.

Selain itu juga menyegerakan vaksinasi COVID-19 untuk meningkatkan proteksi terhadap COVID-19.

Kemenkes juga sudah meningkatkan pengawasan kedatangan WNI dan WNA di pintu-pintu masuk negara. (fin/*)

  • Bagikan